Cherreads

Chapter 33 - Bab 33: Bayangan yang Menyamar sebagai Ayah

Langkah-langkah mereka bergetar saat mendekati pusat dimensi jam pasir.

Waktu mundur semakin cepat. Daun-daun yang gugur melayang kembali ke ranting. Jejak kaki mereka terus hilang di belakang, seolah dunia ini menolak mencatat kehadiran mereka.

Dan di tengah semua itu, berdiri sosok lelaki berjubah hitam. Tegak, tenang, wajahnya tertutup topeng kaca tipis.

Tapi Rania tahu siapa itu.

“Kael,” bisiknya lirih.

Tapi suara lelaki itu menjawab tanpa ragu:

> “Kael sudah mati. Yang berdiri di depanmu sekarang… adalah kebohongan terakhir yang ia ciptakan.”

---

Alendra melangkah maju. “Kalau begitu… siapa kau?”

Topeng itu retak perlahan, memperlihatkan wajah yang mirip Kael — terlalu mirip. Tapi ada sesuatu yang hilang dari matanya: rasa.

> “Aku adalah bayangan Kael yang diciptakan oleh penyesalan. Aku tidak lahir dari tubuhnya, tapi dari keputusan tergelapnya.”

> “Kael ingin menyelamatkan anaknya… tapi tak sanggup melindunginya dari dunia yang ia rusak. Maka dia menciptakanku… untuk menyembunyikan semua yang seharusnya tidak diketahui.”

Rania maju dengan suara bergetar.

> “Berarti kau… yang menyembunyikan Alendra dari ibunya?”

> “Aku… yang menanamkan waktu palsu agar dunia percaya Kael mati sebagai pengkhianat. Padahal dia mati… sebagai ayah.”

> “Tapi waktu tidak bisa dibohongi selamanya.”

> “Dan kini, kutukan mulai pecah.”

---

Tiba-tiba, tanah di bawah mereka berguncang.

Jam pasir milik Alendra terangkat sendiri ke udara, pasirnya bergerak liar — membentuk simbol waktu terbalik: angka nol.

Arven menarik pedangnya. “Kita harus keluar dari dimensi ini sebelum waktu jatuh ke titik awal.”

Bayangan Kael tertawa.

> “Keluar? Kalian bahkan belum membuat pilihan.”

Lalu ia mengulurkan tangan ke arah Alendra.

> “Berikan anak itu padaku. Maka waktu akan diam kembali.”

> “Tolak… dan jam akan runtuh.”

---

Rania maju melindungi Alendra.

“Dia bukan milik siapa pun! Dia bukan alat pelindung waktu, bukan warisan kesalahan!”

Alendra menggenggam tangan Rania, gemetar. Tapi matanya tak berpaling dari bayangan itu.

> “Kalau kau memang bayangan dari penyesalan Kael…”

> “Maka aku akan menjadi cahaya dari keputusan yang seharusnya diambil.”

> “Aku bukan sekadar anak yang disembunyikan. Aku adalah bukti bahwa kebenaran, seburuk apa pun, lebih baik dari kebohongan yang indah.”

---

Dan saat itu, jam pasir meledak menjadi cahaya.

Alendra terangkat ke udara, rambutnya melayang, mata ungunya menyala.

Tubuhnya memancarkan cahaya kristal perak — energi waktu murni.

> “Aku tidak akan bersembunyi lagi. Aku adalah putri dari dua waktu: masa lalu yang hancur, dan masa depan yang berani.”

> “Dan hari ini… aku memilih berdiri!”

Dengan satu gerakan, Alendra mengulurkan tangannya ke arah bayangan Kael.

Sorotan cahayanya mengenai dada makhluk itu — dan dari tubuhnya, mulai keluar fragmen-fragmen kenangan Kael yang pernah terkunci:

— Saat Kael menangis memeluk bayi Alendra.

— Saat ia menghapus wajahnya dari catatan waktu.

— Saat ia menciptakan bayangannya sendiri dan memerintahkan:

> “Lindungi dia. Jangan biarkan dia tahu siapa aku.”

---

Bayangan itu mulai retak.

“Kau… telah membuka kunci terakhir,” gumamnya.

Rania mendekat. Menatap lurus ke mata ‘Kael’.

> “Kau bukan musuh kami. Kau adalah luka… yang akhirnya disembuhkan oleh keberanian anakmu sendiri.”

Bayangan Kael tersenyum pelan.

> “Kalau begitu… waktuku sudah selesai.”

Dan dengan satu anggukan…

Ia menghilang.

Membawa serta semua ilusi, semua kebohongan, dan semua kesakitan.

Yang tertinggal hanya ketenangan.

Dan kebenaran.

---

Alendra jatuh pelan ke pelukan Rania. Napasnya cepat, tapi matanya tenang.

“Aku tahu sekarang,” katanya pelan.

Rania tersenyum. “Apa?”

> “Ayahku mencintaiku… meski dengan cara yang salah.”

Arven menepuk bahu mereka berdua. “Dan kau telah membenarkan semua itu hari ini.”

---

Mereka kembali ke gerbang Pintu Kelima, yang mulai pecah karena waktu di dalam mulai terurai.

Elvaron berseru, “Kita harus keluar sekarang!”

Satu per satu mereka melompati portal waktu, kembali ke Auralis…

…dan ketika Rania melangkah terakhir, ia menoleh sekali lagi.

Ke dunia jam pasir.

Ke kenangan Kael.

Ke kebenaran yang telah disembuhkan.

Dan ia berbisik dalam hati:

> “Kau tidak sempurna… tapi kau ayah yang memilih mencintai. Itu cukup.”

---

Saat mereka mendarat di pelataran utama Auralis, jam-jam sihir berdetak maju kembali.

Burung kembali bernyanyi.

Angin kembali bergerak.

Dan waktu… akhirnya memilih berdamai.

---

More Chapters