Salju halus turun di Auralis, meski seharusnya belum waktunya musim dingin.
Langit tampak jernih, tapi di bawahnya… bahaya tengah menyusup perlahan.
Di ruang utama istana, Rania menunggu. Tubuhnya berdiri tegap, namun wajahnya masih tampak letih setelah kehilangan Kaen. Tapi sorot matanya—tidak lagi rapuh.
> Ia bukan lagi ratu yang menangisi masa lalu.
Ia adalah ratu yang siap mempertaruhkan apa pun untuk masa depan.
Dan tepat saat jam utama berdentang ke-13, pintu sihir terbuka.
Alendra pulang.
---
Wajahnya terlihat berbeda—lebih dewasa, lebih terluka, dan lebih bersinar di saat bersamaan.
“Elvaron selamat?” tanya Rania begitu langkah Alendra menapaki ruang tahta.
“Ia terluka, tapi akan pulih,” jawab Alendra pelan.
Lalu dari dalam jubahnya, Alendra mengeluarkan Kristal Saghra—biru pekat, berkilau beku, seperti mengandung nyawa dari ribuan tahun waktu.
“Saghra setuju membentuk Aliansi Cahaya.”
Reina dan Arven yang ikut hadir langsung bernafas lega.
Tiga lambang kini telah dimiliki:
1. Kristal Auralis.
2. Obor Dantara.
3. Es Saghra.
Jika disatukan dan diaktifkan, mereka bisa menutup Gerbang Penghapus Waktu dan menghentikan kekuatan Omega… untuk sementara.
Tapi malam itu—sebelum mereka sempat memulai upacara penyatuan—bahaya sudah lebih dulu menyerang.
---
Di sayap barat istana, tempat Ruang Inti Kenangan berada—ruang terlarang yang hanya bisa dimasuki oleh pemegang darah kerajaan—bayangan gelap melayang seperti asap.
Seseorang telah menyusup ke dalamnya.
Tak seorang pun melihat. Bahkan penjaga bayangan tidak merasakan kehadirannya.
Tapi satu hal yang terjadi:
> Kapsul Kenangan Rania… terbuka.
Dan isinya—dicuri.
---
Rania sedang berjalan menuju ruang tengah saat tiba-tiba lututnya lemas. Kepalanya nyeri luar biasa. Matanya buram.
Reina yang sedang berjalan bersamanya segera menangkap tubuhnya.
“Rania! Apa yang terjadi?”
“Aku… aku tidak ingat… aku tidak ingat suara ibuku…”
Reina menatapnya, kaget. “Apa?”
“Suara… ibuku. Senyum pertamanya… Kaen waktu mengajarkanku bermain jam pasir kecil… semuanya—semuanya kabur…”
Rania menutup wajahnya, tubuhnya mulai gemetar. Air mata jatuh, tapi kali ini bukan karena duka.
> Ini karena ketakutan.
Kehilangan ingatan… adalah kehilangan hidup.
---
Arven dan Alendra datang berlari.
“Elvaron memeriksa jalur waktu,” kata Alendra cepat. “Ada retakan di Ruang Inti Kenangan. Kita harus ke sana sekarang!”
---
Mereka tiba… tapi terlambat.
Pintu sihir sudah rusak. Segel pelindung pecah.
Dan di lantai tengah ruangan, tertulis dengan darah:
> “Masa lalu adalah kelemahan.”
> “Kami telah mengambil yang membuatnya kuat.”
> “Selamatkan kerajaanmu… tanpa tahu siapa dirimu.”
— Ω
Rania berdiri mematung.
“Kenapa… kenapa mereka mencuri kenangan masa kecilku? Bukankah mereka ingin waktu hancur? Kenapa… harus ingatanku?”
Elvaron menjawab lirih.
> “Karena Omega tahu… yang membentuk kekuatanmu bukan hanya sihir. Tapi kenangan tentang orang-orang yang kau cintai.”
> “Hapus itu, dan kau akan hancur dari dalam.”
---
Beberapa hari setelah kejadian itu, Rania mulai berubah.
Ia mencoba tersenyum. Tapi sering lupa alasan mengapa ia pernah tertawa.
Ia menyentuh mantel Kaen… tapi tak lagi ingat bagaimana suara tawa lelaki itu terdengar.
Ia membaca surat ibunya… tapi matanya tak bisa menangkap rasa hangat dari tulisannya.
> Bagian paling dalam dari jiwanya… hilang.
Dan tak ada sihir yang bisa mengembalikannya.
---
Di ruang pribadi, Alendra duduk menemani Rania.
“Maafkan aku,” bisik Rania.
“Kenapa kau minta maaf?”
“Karena aku takut. Aku takut satu saat nanti… aku bahkan lupa siapa kalian.”
Alendra menggenggam tangannya.
> “Kalau itu terjadi… maka kami akan menjadi cermin untukmu.”
“Kalau kau lupa siapa Kaen, aku akan bacakan kisahnya.”
“Kalau kau lupa siapa dirimu… maka aku akan mengulang ceritamu tiap pagi.”
“Aku akan jadi suara kenanganmu, Rania.”
Rania tak menjawab. Tapi satu air mata jatuh.
> Bukan karena putus asa. Tapi karena ia sadar…
Ia masih tidak sendiri.
---
Sementara itu…
Di ruang paling dalam Omega, seseorang membuka sebuah lemari rahasia.
Di dalamnya, tersimpan:
Satu kapsul kristal berwarna emas tembaga — milik Rania.
Satu jam waktu berhenti — milik Arven.
Dan satu benda lain yang belum tersentuh: lencana bayangan Kaen.
Suara dalam bayangan berkata:
> “Kita telah mengambil masa lalu.”
“Selanjutnya… kita akan menghapus masa depan.”