Kembali ke apartemen. Arvani memutuskan untuk menginap selama 3 hari di sini, sekaligus melatih teknik bertarung milik Kayril. Tidak selamanya perempuan ini akan memegang pedang.
Rian awalnya diberi kebebasan memilih ikut atau tidak. Namun, pria itu pada akhirnya kebingungan sendiri dan Arvani memerintahkannya agar tetap di apartemen.
'Dia sulit membuat keputusan sendiri rupanya. Bakalan repot nih.'
Di lobi apartemen, Arvani menggunakan bola hitam sebagai alat pemandu menuju tempat latihan para calon Hunter. Tentunya mereka harus mengeluarkan poin sebagai bayaran.
Atas saran langsung dari Kayril, perempuan bertopeng kelinci merah itu memesan tempat berlatih berupa ruang tertutup dengan luas 3x3 meter.
Latihan pertama yang diberikan Kayril adalah cara mengontrol jumlah energi. Sampai saat ini Arvani tidak pernah benar-benar tahu batas energinya saat ini. Kalau untuk fisik ia sudah tahu berkat Kensei.
Perempuan itu memanggil Kayril beserta Kensei yang mengeluh bosan terus berada di alam bawah sadar Arvani. Dalam keadaan buta, hal pertama yang Arvani lakukan adalah duduk dan mencoba merasakan seluruh energinya.
"Caranya?"
"Kau hanya perlu bernafas, wanita bodoh."
"Aku tidak bertanya padamu, Kensei."
"Anda hanya perlu mengatur nafas anda. Cobalah untuk bernafas dengan ritme tertentu dan secara bersamaan rasakan denyut jantung anda. Tarik nafas dalam-dalam melalui hidung lalu hembuskan secara perlahan melalui mulut."
Arvani mengikuti petunjuk Kayril selama beberapa menit. Perlahan ia mulai bisa merasakan energi yang bergerak mengalir ke seluruh tubuhnya.
"Aku mulai merasakannya."
Kayril tersenyum sendang sementara Kensei duduk bersandar di pojok ruangan dengan wajah bosan.
Kayril pun mulai menjelaskan bener hal kepada Arvani.
Salah satu keistimewaan yang dimiliki oleh pemilik miracle adalah energi berlebih yang masuk ke tubuh seperti makanan tidak akan menjadi lemak melainkan tersimpan di luar tubuh dan menjadi kekuatan aura yang bisa digunakan. Aura ini hanya bisa digunakan sebagai alat pengancam seseorang.
Tentunya selain kadar energi, tingkat kekuatan seorang pemilik miracle juga dapat mempengaruhi kekuatan aura seseorang.
Tingkat kekuatan pemilik miracle sendiri ditentukan oleh 6 aspek.
"Tunggu, ada enam? Setahuku cuma ada lima aspek yang dihitung oleh mesin pemindaian miracle."
"Dengarkan sampai akhir dulu, wanita bodoh. Lagi pula mesin pemindaian tidak sehebat itu sampai bisa menandingi kehebatan Miracle," kata Kensei.
Kayril mengangguk, setuju dengan perkataan Kensei. Pria itu pun kembali menjelaskan.
Aspek pertama adalah tubuh. Para pemilik miracle memang memiliki kondisi fisik yang jauh dari manusia biasa. Ketangguhan ini datang bukan hanya dari miracle bawaan lahir tapi juga dari latihan.
Berikutnya adalah mental. Aspek ini bukan hanya soal angka pada laporan evaluasi tapi juga penentu apakah seorang pemilik miracle dapat mengendalikan kekuatannya dengan benar atau tidak.
Sudah banyak kasus pemilik miracle yang menjadi gila dan menyebabkan bencana.
Kemudian aspek ketiga adalah kekhususan. Menilai seberapa langka dan unik miracle seseorang. Kemampuan yang umum dan mudah ditemukan seringkali lebih lemah dibandingkan dengan yang sangat-sangat langkah. Aspek ini merupakan salah satu indikator untuk menentukan potensi seorang pemilik miracle.
'Oh, berarti miracleku termasuk jenis yang kuat, dong.' Arvani tiba-tiba tersenyum penuh kemenangan.
Yang keempat adalah maksimum, yaitu batas tertinggi dari potensi miracle seseorang. Sebagai orang memiliki ruang luas untuk berkembang sedangkan yang lain hanya diberi sedikit ruang untuk mencapai punya kekuatannya sendiri. Jika mereka sudah mencapai titik maksimum maka mustahil untuk meningkatkan kekuatannya kembali.
Aspek kelima adalah kemutlakan. Ini merupakan kestabilan Miracle seiring waktu. Miracle dengan tingkat kemutlakan tinggi takkan menurun meski si pemilik termakan usia atau kelelahan. Sebaliknya, tingkat kemutlakan rendah seringkali membuat si pemilik kehilangan miraclenya selama beberapa waktu.
Untuk yang terakhir bernama batasan. Ini adalah aspek rumit yang sering disalahartikan. Dengan menerapkan batasan tertentu pada diri sendiri, pemilik miracle bisa melipat gandakan kekuatannya.
Set!
Arvani mengangkat tangan kanannya bersemangat.
"Aku punya pertanyaan. Kenapa aspek keenam ini disembunyikan?"
"Alasan pertama, tidak semua pemilik miracle mampu membuat batasan pada diri mereka sendiri. Kedua, aspek ini bukanlah kekuatan melainkan senjata bermata dua yang dapat menghancurkan diri sendiri."
Mata merah Kayril melirik sekilas ke arah Kensei yang berpura-pura tak mendengarkan.
"Lalu apa hubungan energi dengan keenam aspek tadi?" Tanya Arvani.
Kayril menunjukkan senyuman kecil. "Terkadang, besar cadangan energi seseorang bisa menjadi penentu kekuatan mereka. Anda belum pernah pergi ke tempat pemindaian miracle bukan?"
Arvani mengangguk kecil.
"Akan berbahaya jika kita pergi ke tempat itu sekarang karena beberapa dinding di sini bisa berbicara."
Perempuan bertopeng itu langsung memahami maksud ucapan Kayril.
Suara langkah Kayril terdengar. Pria berekor itu duduk di belakang Arvani.
"Sekarang, Master, mohon aliran energi anda ke seluruh tubuh sambil menaikkan tempo alirannya secara bertahap."
"Oke."
Di luar dugaan, Arvani ternyata bisa melakukan apa yang dikatakan oleh Kayril dengan mudah. Seolah ... Dia sering melakukan hal seperti ini.
(Jangan hanya itu. Kejutkan mereka lagi dong. Tunjukan sebagian kekuatan aslimu■■ )
Suara asing yang terdengar familiar itu kembali terdengar dalam kepala Arvani. Tiba-tiba saja, perempuan bertopeng kelinci merah itu kehilangan kesadarannya. Rasa kantuk mendadak muncul tanpa bisa diprediksi.
Akan tetapi, bukannya berhenti, aliran energi Arvani malah makin cepat hingga mengejutkan Kayril.
Kensei yang sedari tadi bosan pun akhirnya tertarik. Kejadian ini mirip dengan saat ketika Arvani hampir menyerah di tantangan lantai dua. Aliran energi yang makin cepat membuat fisik perempuan berambut hitam itu makin kuat.
Tak sampai di sana, Arvani mendadak mengeluarkan aura intimidasi yang bahkan dapat membuat Kayril merinding.
"Tuan Arvani, ini sudah cukup tolong berhenti—"
Ucapan Kayril terputus. Ia dan juga Kensei menghilang, masuk ke alam bawah sadar Arvani.
Kayril mulai panik. Jika Arvani terus seperti ini bisa-bisanya perempuan ini akan menggunakan energi kehidupannya sendiri dan mati. Sayangnya, tak peduli seberapa keras Kayril memanggil Arvani tetap diam.
Di sinilah Kensei menyadari satu hal.
'Biarkan saja, wanita ini sedang tertidur.'
'Apa maksud anda, tuan Kensei?!'
'Apa telingamu itu cuma pajangan. Dia tertidur! Sekeras apapun kau memanggil dia tidak akan bangun selagi rasa kantuknya masih ada. Jadi biarkan saja.'
'Master bisa mati kalau terus dibiarkan!'
'Memangnya kau punya rencana?'
Kayril terdiam mendapat pertanyaan itu. Kensei menghela nafas pendek. Pada akhirnya, salah satu top tier Hunter itu hanya bisa menunggu seraya berharap Arvani tetap hidup.
Detik menjadi menit, menit menjadi jam, dalam kurun waktu 3 jam, akhirnya kesadaran Arvani bangun.
Perempuan itu masih merasakan aliran energi dalam tubuhnya yang terus bersirkulasi dengan tempo yang sama seperti sebelumnya.
"Ah, aku ketiduran ya."
Respon santai Arvani itu tentunya mengundang teriakan Kayril yang penuh kekhawatiran. Selesai menenangkan diri, Kayril pun menjelaskan secara rinci apa yang terjadi pada tubuh Arvani.
"Kau tahu, Kayril. Aku sama sekali tidak memahami alasan kau panik tetapi satu hal yang pasti. Aku kuat, benar bukan?"
Perempuan berambut hitam itu berdiri dan berjalan mendekati salah satu dinding ruang latihan. Dengan energi yang masih meluap-luap, Arvani hendak menguji kekuatannya.
Tangan kirinya terangkat.
Detik berikutnya suara dentuman keras serta bebatuan yang jatuh mengejutkan semua orang di ruang latihan. Begitupun dengan Arvani sendiri.
'Hahaha.'
Perempuan itu berhasil melubangi dinding ruang latihan yang memakai bahan yang diperkuat.
"Lain kali aku harus memakai ruang latihan yang lebih kuat."