Cherreads

Chapter 97 - Bab 92 — Rencana Sunyi di Bawah Cahaya Kota

Bab 92 — Rencana Sunyi di Bawah Cahaya Kota

Los Angeles — Malam tenang menyelimuti rumah pribadi Milim dan Arvid di kawasan elite Beverly Hills. Dari luar, rumah mereka terlihat seperti vila modern biasa, tapi di dalamnya berlangsung diskusi yang bisa mengubah arah dunia.

Di ruang tengah, Milim duduk bersandar sambil menatap langit-langit kaca. Arvid duduk di dekat perapian, menatap Satoshi Nakamoto—pria sederhana yang mengenakan kaos abu dan celana jins. Tak ada yang menyangka bahwa pria itu adalah pencipta Bitcoin, tokoh paling misterius abad ke-21.

"Red Queen... bukan hanya AI biasa. Kita bicara Artificial General Intelligence, bahkan melampauinya," ucap Satoshi perlahan.

Milim mengangguk. "Tapi itu masalahnya. Kita tidak punya cukup daya komputasi. Bahkan superkomputer terbaik dunia hari ini belum bisa menampung model seperti itu."

Arvid menyahut, "Kalau kita pakai jalur cloud hybrid, dan gabung beberapa server dari partner korporasi? Meski tetap, bottleneck-nya pasti di pengolahan prediktif."

Satoshi termenung sejenak. "Aku sempat berpikir... bagaimana jika kita lepas sebagian dari 1,1 juta Bitcoin yang kusimpan sejak awal? Satu persen saja bisa membiayai penelitian kuantum berskala global."

Milim dan Arvid langsung bereaksi.

"Tidak!" ucap Milim cepat. "Kau tahu betul itu akan memancing perhatian. Dunia punya jutaan mata memantau dompet Bitcoin yang dorman itu."

"Begitu salah satu BTC-mu bergerak, NSA, GCHQ, MSS, FSB—semua badan intel akan mengendus jejaknya," tambah Arvid. "Identitasmu bisa terbongkar. Bahkan eksistensi Freemason New mungkin akan muncul ke permukaan."

Suasana menjadi hening. Ketiganya tahu: membangun Red Queen bukan soal uang semata, tapi soal keheningan.

Satoshi menghela napas. "Kalau begitu, kita harus mengandalkan jaringan Altheon Corps untuk riset internal. Milim, bisa kita rekrut pakar terbaik bidang komputasi eksperimental?"

"Sudah disusun," jawab Milim. "Aku dan Arvid sepakat untuk rekrut sepuluh jenius. Tapi mereka tidak tahu tentang Freemason New atau siapa kamu. Mereka pikir ini hanya proyek AI kelas militer."

Arvid menambahkan, "Aku sedang kembangkan sistem simulasi untuk melatih Red Queen di cluster server terisolasi. Tapi tetap saja... kita butuh komputer kuantum nyata untuk implementasi akhir. Dan itu... belum eksis."

Mereka bertiga saling pandang.

Milim menatap ke luar jendela, ke kota yang penuh cahaya. "Kalau teknologi belum ada, maka kita bangun jalannya. Batu bata pertama adalah kesunyian. Red Queen akan lahir dalam senyap... tapi saat ia bangkit, dunia akan berubah selamanya."

---

Angin malam dari jendela terbuka membawa kesejukan samar ke dalam ruangan. Arvid menuang kopi untuk mereka bertiga. Di antara aroma kafein dan cahaya kota Los Angeles, ketiganya larut dalam kesadaran yang sama: impian mereka terlalu besar untuk dunia hari ini.

"Jujur saja," ucap Milim pelan. "Aku tidak yakin kita bisa menyelesaikan ini bahkan dalam dua dekade ke depan."

"Red Queen terlalu kompleks," tambah Arvid. "Artificial General Intelligence, ditambah sistem mandiri yang mengawasi blockchain? Belum ada kerangka teknologi yang stabil untuk itu. Kita bahkan belum bisa bangun komputer kuantum tunggal yang bisa jalan stabil lebih dari beberapa menit."

Satoshi duduk diam, kedua tangan menyatu di depan mulut. Wajahnya tidak muram, tetapi fokus—penuh perhitungan. Ia menatap mereka berdua sebelum akhirnya berkata, "Kalau begitu, kita turunkan sedikit mimpi itu. Kita ubah strategi."

Milim dan Arvid menatapnya.

"Kita mulai dari komunitas. Bitcoin lahir dari komunitas, dan akan berkembang lewat komunitas. Kita buat beberapa peningkatan kecil untuk keamanan, efisiensi, dan skalabilitas Bitcoin. Semua berbasis open source, transparan. Tidak mencolok," ucap Satoshi.

"Dan Red Queen?" tanya Arvid.

"Kita mulai Red Queen seperti OpenAI membangun GPT. Bukan langsung AGI. Kita buat versi dasar dulu, mungkin seperti ChatGPT. AI yang bisa memahami dokumentasi teknis, membaca proposal blockchain, menyaring data dari ribuan commit GitHub, dan membantu pengembangan Bitcoin."

Milim mengangguk perlahan. "Dan kalau itu berhasil... kita naik ke tahap berikutnya. Gunakan semua pembelajaran itu untuk membangun Red Queen sepenuhnya. Dan pada akhirnya... saat waktunya tepat, kita koneksikan dengan komputer kuantum."

"Red Queen akan menjadi 'jantung' sistem Bitcoin generasi baru. Tapi untuk saat ini," tambah Satoshi, "kita biarkan dunia fokus ke luar. Kita bekerja dari dalam."

Arvid tersenyum. "Aku suka pola pikir itu. Evolusi, bukan revolusi. Bekerja bersama komunitas tanpa mengungkapkan terlalu banyak. Dan pelan-pelan, kita dorong perubahan dari bawah."

Milim menghela napas, lalu berdiri. Ia menatap keduanya dan berkata dengan nada yakin, "Kalau begitu, kita mulai dari bawah. Dan Red Queen... akan lahir bukan dari ledakan besar, tapi dari bisikan kecil di forum-forum pengembang."

Satoshi mengangguk. "Dari baris kode yang tampak biasa. Tapi memiliki tujuan yang luar biasa."

Di malam itu, di sebuah rumah sederhana di Los Angeles, rencana terbesar umat manusia mungkin saja baru saja mengambil langkah pertamanya—sunyi, namun tak terelakkan.

---

Gedung sayap barat Altheon Corps kini dipenuhi aktivitas yang tidak biasa. Di satu ruangan tertutup, sepuluh jenius AI dari berbagai penjuru dunia duduk berhadapan dengan seseorang yang terlihat biasa—berpakaian kasual, tenang, dan tidak mencolok.

Dia adalah Satoshi Nakamoto. Tapi tak satu pun dari mereka menyadari itu.

Milim memperkenalkan pria itu hanya sebagai "Satoshi, kepala pengembangan proyek Red Queen," tanpa embel-embel atau latar belakang mencolok. Para jenius yang direkrut—dari peneliti eks Google DeepMind, pengembang open source dari Swiss, hingga ilmuwan muda dari Singapura—menyambutnya dengan rasa ingin tahu.

Satoshi berdiri di depan layar besar, memulai sesi pengarahan.

"Red Queen adalah sistem AI dengan kemampuan tinggi dalam analisis blockchain, pembelajaran data berskala besar, dan kemampuan bantu pengambilan keputusan yang transparan. Tapi ini bukan AGI, bukan dulu. Kita membangun pondasinya—sebuah AI dengan otak efisien dan bahasa alami setara manusia, yang dapat membaca dan memahami sistem desentralisasi."

Ia menjeda, lalu menambahkan:

"Kalian semua di sini karena karya kalian unik. Red Queen bukan proyek biasa. Ia akan lahir dari komunitas, untuk komunitas. Bukan milik pemerintah. Bukan milik perusahaan. Milik dunia."

Beberapa peserta mencatat cepat. Yang lain menyimak intens.

Seorang developer muda dari Kanada angkat tangan. "Apakah ini akan open-source? Atau hanya tertutup dalam lingkungan Altheon?"

Satoshi tersenyum samar. "Campuran. Inti akan terbuka. Namun versi lanjutan, penyempurnaan, dan integrasi canggih akan dikembangkan tertutup. Kita ingin transparansi, tapi juga keamanan dari penyalahgunaan."

Salah satu peneliti perempuan dari India menatap tajam ke arah Satoshi. "Anda seperti tahu segalanya soal AI dan blockchain... Anda pernah kerja di mana sebelumnya?"

Satoshi hanya tersenyum. "Saya banyak bekerja di balik layar."

Milim yang ikut hadir hanya menanggapi dengan senyum tipis, bangga sekaligus terhibur melihat bagaimana sepuluh jenius itu terpukau oleh kejeniusan seseorang yang mereka anggap hanya "Satoshi si kepala pengembang AI."

Setelah sesi selesai, mereka satu per satu menghampiri Satoshi untuk berdiskusi teknis, meminta arahan, atau mengajukan ide. Semua kagum.

Tak ada yang tahu bahwa di ruangan itu, mereka baru saja berbicara dengan pria yang membentuk dasar dunia crypto modern. Tapi yang pasti, mereka kini menjadi bagian dari sejarah baru: Red Queen Project.

---

15 Maret 2025.

Proyek Red Queen versi pertama akhirnya selesai. Di ruang tertutup lantai delapan belas gedung pusat Altheon Corps, sepuluh jenius AI berdiri menghadap layar holografik yang menampilkan barisan perintah dan data visualisasi dari kecerdasan buatan yang telah mereka bangun selama berbulan-bulan.

Red Queen telah hidup. Ia bukan AGI, tapi versi pertamanya sudah bisa membaca, menganalisis, dan membuat rekomendasi dalam bahasa manusia, serta memiliki kemampuan khusus untuk mengamati transaksi blockchain secara real-time.

"Stabil," lapor salah satu teknisi.

"Performa di atas ekspektasi," tambah yang lain.

Satoshi hanya mengangguk pelan. Senyumnya mengaburkan fakta besar yang tersembunyi dari mereka semua.

Karena diam-diam, tanpa diketahui oleh sepuluh jenius itu, Milim dan Satoshi telah mengintegrasikan modul Red Queen ke dalam jaringan Bitcoin.

Modul itu sangat kecil, seperti tambalan pada sistem. Namun ia berfungsi sebagai asisten cerdas: memperkuat konsensus jaringan, mempercepat validasi blok, dan mengenali pola ancaman terhadap jaringan. Red Queen menjadi mata dan otak tersembunyi bagi sistem desentralisasi Bitcoin—tanpa mengubah mekanisme dasarnya, hanya menyempurnakan.

Arvid-lah yang menyarankan integrasi diam-diam itu dilakukan secara pasif. Hanya untuk observasi dan diagnosis sistem, bukan untuk manipulasi. Milim menyetujui. Dunia belum siap menerima kenyataan bahwa AI kini mengawasi Bitcoin.

---

Dua minggu kemudian, rencana lanjutan dimulai.

Satoshi dan Milim duduk di ruang pribadi bersama Arvid. Di layar proyeksi, tampak logo IBM.

Perwakilan IBM hadir secara daring, membahas kontrak pembangunan pusat data bawah laut. Lokasinya masih dirahasiakan, tapi yang pasti, akan berada di wilayah netral antara Jepang dan Pasifik Utara, di kedalaman 3.000 meter. Data center itu akan menjadi tempat penyimpanan dan pengolahan data utama Red Queen tahap lanjut.

"Anggaran untuk tahap awal $25 juta," kata Arvid, menyerahkan penandatanganan digital. "Kami bayar langsung. Dana pribadi Milim dan saya."

IBM menyetujui. Proyek diberi nama: "Leviathan Node".

Di luar media tidak tahu, dunia tidak tahu. Tapi di kedalaman laut, fondasi AI masa depan kini sedang disusun oleh tangan-tangan jenius yang bahkan belum diketahui siapa mereka sebenarnya.

Satoshi Nakamoto duduk tenang. Wajahnya seperti biasa. Namun dalam pikirannya, dunia sudah mulai berubah.

---

Maret 2025 – Dua Minggu Setelah Aktivasi Red Queen.

Forum-forum komunitas Bitcoin mulai ramai dengan pembahasan performa jaringan yang tampak berbeda.

"Blok lebih cepat terverifikasi."

"Hashrate stabil, tapi efisiensi jaringan meningkat."

"Mungkinkah ada tambalan tersembunyi di sistem?"

Para pengembang open-source senior mengerutkan dahi. Tidak ada hard fork. Tidak ada update resmi. Tapi faktanya, transaksi berjalan lebih lancar, lebih aman. Penyerang botnet yang biasa menguji spam memblok malah tertahan lebih awal tanpa alasan yang jelas.

Tak lama, muncul sebuah utas viral di Reddit dan X (Twitter):

> "Apakah Freemason New ada di balik peningkatan misterius jaringan Bitcoin?"

Teori konspirasi berkembang cepat. Nama Freemason New, organisasi baru yang diklaim memiliki dua anggota — Satoshi Nakamoto dan Nava — kembali menghantui komunitas crypto.

Banyak yang berspekulasi:

Apakah ini benar-benar Satoshi Nakamoto yang asli?

Apakah mereka sedang mengubah arah Bitcoin diam-diam?

---

Harga Bitcoin bereaksi.

Di hari keempat sejak viralnya teori tersebut, harga Bitcoin turun 5%. Beberapa investor ritel menjual karena takut sistem telah diambil alih oleh pihak asing, atau dikuasai organisasi rahasia.

Namun penurunan itu hanya sesaat.

Beberapa analis data besar dari perusahaan seperti BlackRock, SoftBank, MicroStrategy, serta para eksekutif teknis di Binance dan Coinbase, memperhatikan tren sistem. Mereka tidak hanya melihat angka—mereka menganalisis anomali performa.

> "Ini bukan ancaman. Ini peningkatan struktural," ujar analis dari BlackRock.

> "Bitcoin sekarang seperti punya AI proteksi, tapi tidak merusak desentralisasinya," kata CTO Binance.

Michael Saylor dari MicroStrategy menulis:

> "Jika ini ulah Satoshi Nakamoto, maka Bitcoin baru saja naik level tanpa kita sadari."

Dan di hari ketujuh, harga Bitcoin kembali melonjak 8%, melebihi harga awal sebelum penurunan.

---

Sementara itu, di balik layar...

Di ruang bawah tanah Altheon Corps, Red Queen diam-diam mencatat semua pergerakan. Belum AGI, belum sempurna, tapi ia hidup—menyusun strategi untuk membuat Bitcoin tidak hanya bertahan, tapi juga berkembang.

Dan hanya tiga orang di dunia ini tahu kenyataannya.

Milim.

Satoshi Nakamoto.

Arvid.

--

Beberapa minggu setelah peningkatan misterius Bitcoin…

Seluruh dunia berada di ambang kegelisahan yang tak terlihat.

Komunitas kripto, lembaga keuangan, hingga badan intelijen dunia kini secara aktif menelusuri situs tersembunyi Freemason New, mencoba memecahkan teka-teki dua nama yang menguasai perhatian global: Satoshi Nakamoto dan Nava.

NSA, GCHQ, Mossad, MSS, dan GRU — semua diam-diam mulai menjalankan cyber-ops terhadap situs itu. Mereka tak bisa mengabaikan kemungkinan bahwa seseorang — atau sesuatu — telah membangunkan kembali kekuatan kripto yang selama ini "diam tapi kuat".

---

Sementara itu, di markas Altheon Corps – malam hari.

Milim membuka layar transparan holografik, menunjukkan lalu lintas aneh pada situs Freemason New.

> "Lihat ini, Sat. Ada 17 upaya intrusi dari Beijing, 9 dari Maryland, 4 dari Jerman, dan satu sinyal aneh dari sebuah lokasi tidak teridentifikasi… mungkin bawah laut."

Satoshi duduk diam, wajahnya datar. "Itu hanya permulaan," ujarnya tenang. "Mereka akan mencoba lebih dari sekadar brute force… mereka akan coba semua kemungkinan, termasuk serangan dengan superkomputer."

Milim menatapnya tajam. "Kalau sampai ada yang mengembangkan atau mengakses komputer kuantum, bisa jadi mereka akan membongkar segalanya. Bahkan lokasi kita."

Arvid, yang sedang mengaduk kopi di dapur mini lab, menjawab sambil tersenyum miring:

> "Itu tidak mungkin. Komputer kuantum masih di tahap riset. Butuh suhu nyaris nol mutlak, stabilitas tinggi, dan teknologi pendinginan ekstrem. Bahkan jika Amerika atau China punya, mereka tidak akan buang waktu untuk menyerang situs misterius seperti Freemason New. Fokus mereka masih luar angkasa dan quantum supremacy."

Ia duduk di kursi bundar dan menambahkan, "Kalaupun ada superkomputer seperti Frontier milik AS atau Sunway TaihuLight milik China, mereka tidak akan menggunakannya untuk proyek yang belum terbukti membahayakan. Kita masih aman — untuk sekarang."

---

Namun di luar sana…

Di ruang bawah tanah markas NSA, agen siber elit sedang menganalisis hash unik dari sistem Red Queen yang kini menyatu dengan jaringan Bitcoin.

"Strukturnya bukan manusia biasa," kata salah satu analis.

"Ada pola pembelajaran… nyaris seperti AI."

Di Moskow, seorang agen GRU berbisik:

> "Kalau ini benar-benar Satoshi Nakamoto… dia mungkin sedang membangun sesuatu yang lebih dari mata uang."

Di Israel, tim Mossad sudah mencoba berbagai metode digital untuk memecah jalur jaringan Freemason New, tapi hasilnya nihil.

"Dia menyembunyikan jaringannya seperti menghitung jutaan kemungkinan secara simultan…"

---

Sementara dunia mulai panik mencari jejak Nava dan Satoshi, ketiganya — Milim, Arvid, dan sang legenda — justru menyiapkan fase berikutnya.

Red Queen akan segera memiliki cloud bawah laut untuk ekspansi sistemnya.

Dan perlahan, mereka tahu…

Perburuan ini baru dimulai.

---

Markas Altheon Corps – Pusat Strategi Digital, 22 Maret 2025

Satoshi Nakamoto berdiri di depan layar raksasa yang menampilkan arsitektur Red Queen. Arvid duduk tak jauh darinya, menggulirkan peta jaringan digital global.

> "Jika kita ingin Red Queen berkembang ke tahap General AI, maka keamanan adalah pondasinya," ucap Satoshi tenang. "Kita bukan hanya harus bersembunyi… tapi membuat ilusi bahwa kita tak pernah ada."

Langkah-langkah Perlindungan Digital yang Dirancang:

1. Penyamaran Jalur Data: Satoshi menciptakan lapisan jaringan baru bernama SpecterNet — protokol kuasi-virtual yang menyamarkan lalu lintas data Red Queen menjadi seperti lalu lintas CDN biasa dan layanan streaming besar.

2. Auto-Displacement Protocol: Jika terjadi serangan cyber atau upaya pelacakan IP, SpecterNet secara otomatis akan mengalihkan seluruh proses ke jalur bayangan (mirror) yang tersebar di 39 node anonim di seluruh dunia.

3. Enkripsi Lapisan Tiga: Menggunakan enkripsi kuantum simulasi, mereka mengembangkan model enkripsi adaptif yang hanya dapat didekode oleh otak Red Queen sendiri, yang berbasis pemahaman dinamis konteks data.

4. Mata-Mata Digital: Arvid merancang modul pemantau pasif dalam jaringan Bitcoin. Setiap anomali di blockchain — entah upaya penggantian node, manipulasi hash, atau injeksi smart contract — akan memicu alert langsung ke Red Queen.

---

Sementara itu, di Jepang…

Milim mengenakan pakaian formal gelap dan berdiri di tepi pantai wilayah Hokkaido. Di bawah laut, infrastruktur besar sedang dibangun — The Core Vault.

> "Red Queen akan hidup di sini," gumamnya, memandangi laut luas. "Dan dunia tak akan tahu siapa yang mengendalikannya."

Milim bertemu langsung dengan perwakilan IBM Jepang dan otoritas teknologi negara tersebut. Untuk menyimpan big data Red Queen secara legal dan permanen, Milim harus:

Membayar pajak penyimpanan data asing sebesar 5 juta dollar.

Menandatangani nota kerja sama non-publik untuk 15 tahun ke depan.

Meningkatkan investasi sebesar 10 juta dollar tambahan untuk mendanai pembangunan reaktor pendingin mini di bawah laut agar data center tetap stabil dan dingin.

Milim membayar semuanya dari aset digitalnya. Sebagian adalah keuntungan investasinya dalam proyek AI awal, sebagian lainnya adalah hasil kapitalisasi dari wallet crypto pribadinya yang tak terlacak.

---

Kembali ke Altheon Corps

Arvid menatap Satoshi sambil menyeruput kopi.

> "Kau sadar, Sat… ini gila. Kita secara diam-diam memasukkan AI ke dalam Bitcoin."

Satoshi tersenyum kecil.

> "Dan hanya satu kesalahan bisa membuat dunia tahu…"

Mereka bertiga tahu, bahwa sekarang bukan hanya pertanyaan tentang keamanan.

Sekarang pertanyaannya: berapa lama lagi mereka bisa tetap tersembunyi?

---

More Chapters