Bab 90: Teman dari Masa Lalu
Suasana ruang pertemuan utama di kantor pusat Altheon Corps terasa hangat, meski tetap formal. Milim duduk di ujung meja utama bersama tiga sosok penting: Azka, Kepala Divisi CoreVibe; Celine, pemimpin Milinium Studio; dan Rei, Direktur Utama Lunaris Studio. Ketiganya merupakan pilar inovasi di bawah payung Altheon Corps dan dikenal dengan ide-ide brilian serta eksekusi yang disiplin.
Saat seseorang yang tampak biasa saja memasuki ruangan bersama Milim, ketiganya saling pandang dengan sedikit bingung. Pria itu mengenakan jaket abu dan celana jeans gelap, dengan raut wajah tenang, tidak tampak seperti seseorang yang biasa berkeliaran di ruang-ruang eksklusif seperti ini.
Milim melangkah ke depan dan memperkenalkannya dengan senyum hangat.
"Perkenalkan, ini Satoshi. Teman kuliah saya dulu," katanya ringan. "Dia seseorang yang... sangat jenius."
Azka, Celine, dan Rei langsung berdiri dan menyambut dengan sopan, walau di balik sikap mereka terselip rasa penasaran. Mereka tidak pernah mendengar nama ini dalam jaringan internal Altheon maupun komunitas teknologi global.
"Wah, senang bertemu dengan teman lama Milim," kata Celine sambil tersenyum ramah.
"Kami jarang lihat Milim mengundang orang luar ke sini," timpal Rei, sedikit heran.
Milim hanya tersenyum kecil. "Dia bukan orang luar. Percayalah, kalian akan segera mengerti kenapa aku ingin kalian mendengarkan idenya."
Satoshi duduk dengan tenang, tidak menunjukkan sedikit pun sikap superior, meski sebenarnya dialah pencipta sistem keuangan terdesentralisasi paling berpengaruh di dunia—Bitcoin. Tidak satu pun dari mereka, bahkan Azka yang ahli infrastruktur digital, menyadari bahwa pria yang duduk di depan mereka adalah Satoshi Nakamoto yang asli.
Diskusi berlangsung hangat. Satoshi menyampaikan beberapa ide mengenai transparansi jaringan, sistem ekonomi tanpa batas negara, dan masa depan data pribadi yang dilindungi tanpa perlu diserahkan ke lembaga pusat. Gaya bicaranya sederhana, tapi setiap kalimat memiliki kedalaman.
Azka dan Celine mulai menyadari bahwa pria ini bukan sekadar "teman kuliah".
"Maaf, Mas Satoshi," tanya Azka penasaran, "kamu sekarang kerja di bidang apa? Pengetahuanmu soal sistem distribusi dan enkripsi... sangat dalam."
Satoshi hanya tersenyum tipis. "Saya... lebih banyak bekerja di balik layar. Tapi saya suka melihat bagaimana teknologi bisa memerdekakan manusia."
Milim mengangguk pelan, lalu memotong, "Yang jelas, kalian akan kerja sama dengannya untuk satu proyek internal penting. Kita tidak perlu tahu semua masa lalunya. Yang penting, visinya sejalan dengan kita."
Rei, yang biasanya tajam dan kritis, kali ini hanya mengangguk perlahan. "Oke. Kalau kamu percaya dia, kami juga akan mempercayai dia, Milim."
Sementara itu, Milim diam-diam merasa terhormat—bisa menyaksikan momen di mana tokoh legendaris yang identitasnya selama ini menjadi misteri dunia, kini duduk satu ruangan dengan para pemimpin inovasi masa depan, dan tak ada satu pun dari mereka yang tahu siapa dia sebenarnya.
Di sudut ruangan, hanya Milim yang tahu siapa sebenarnya pria bernama "Satoshi" itu.
---