Bab 89: Pertemuan dengan Satoshi Nakamoto
Milim duduk di ruang kerjanya di kantor pusat Altheon Corps di Los Angeles, merenung dengan secangkir kopi di tangannya. Pagi itu tampak seperti hari-hari biasa, dengan para eksekutif sibuk dengan proyek-proyek global mereka. Namun, ada sesuatu yang berbeda hari itu. Sebuah pesan yang muncul di layar komputernya, tidak seperti yang lain.
Pesan itu datang melalui jaringan terenkripsi yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri, sebuah saluran komunikasi yang telah lama disembunyikan, bahkan oleh orang-orang terdekatnya. Nama pengirimnya jelas: Satoshi Nakamoto.
Pesan dari Satoshi Nakamoto:
"Milim, pertemuan kita sudah dekat. Aku mengirimkan petunjuk lokasi untuk kamu. Temui aku di tempat yang tidak banyak orang tahu. Lokasi di Nevada. Jangan beri tahu siapa pun, termasuk Arvid. Ini adalah jalan yang kamu harus jalani sendiri."
Milim terdiam sejenak, menyelami pesan tersebut. Satoshi Nakamoto, pencipta Bitcoin, nama yang selama bertahun-tahun hanya dikenal melalui ide dan kode. Kini, untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa pertemuannya dengan sosok misterius ini bukan hanya tentang Bitcoin. Ada lebih banyak hal yang tersembunyi di balik nama itu, dan Milim ingin sekali mengetahuinya.
Ia berdiri dan memutuskan untuk pergi. Tanpa ragu, ia memanggil sopir pribadi, Pak Feri, yang selalu mengantarnya ke mana pun ia pergi.
"Pak Feri, kita harus ke Nevada," katanya dengan suara tegas. "Jangan tanya banyak, kita pergi sekarang."
Pak Feri yang sudah biasa dengan perintah mendadak dari Milim hanya mengangguk. Namun, ia merasa ada yang aneh. "Tapi, Nona, kenapa harus ke daerah terpencil seperti itu? Bukankah ada hal yang lebih penting di kantor?" tanya Pak Feri, sedikit bingung.
Milim hanya tersenyum. "Ini penting, Pak. Jangan khawatir. Saya hanya perlu beberapa jam."
Tanpa menunggu lebih lama, mereka berangkat menuju Nevada. Dalam perjalanan, Pak Feri merasa gelisah. Diam-diam, ia menghubungi Arvid.
Pesan dari Pak Feri ke Arvid:
"Arvid, Milim meminta saya mengantarnya ke Nevada. Lokasinya sangat terpencil, saya tidak tahu apa yang sedang terjadi. Ada apa dengan ini?"
Arvid yang sedang berada di Bandung, Indonesia, di kantor pusat Astra Nova, merasakan ada yang tidak beres. Ia tahu Milim sangat independen, tetapi ia juga tidak pernah terlihat seberani ini. "Apa pun itu, pastikan Milim aman. Jaga dia dengan baik," jawab Arvid, merasa ada yang lebih besar di balik pertemuan ini.
Setibanya di Nevada, suasana menjadi semakin misterius. Milim dan Pak Feri tiba di sebuah kawasan yang jauh dari keramaian, sebuah tempat terpencil dengan hanya sedikit bangunan dan penerangan yang sangat terbatas. Pak Feri merasa cemas, tetapi Milim justru terlihat tenang dan penuh keyakinan.
Mereka tiba di sebuah rumah kecil yang tampak sangat sederhana. Tidak ada tanda-tanda kemewahan atau kegembiraan yang bisa dilihat. Hanya ada dua mobil di luar, dan di depan pintu, seorang pria menunggu.
Pria itu mengenakan pakaian yang sederhana, tapi ada sesuatu yang sangat khas pada dirinya—dia adalah Satoshi Nakamoto. Namun, bukan versi digital atau anonim yang selalu muncul dalam berita, melainkan seorang pria biasa. Usianya sekitar 34 tahun, dengan wajah yang terlihat seperti perpaduan antara Jepang dan China.
Milim terkejut, tetapi ia mencoba untuk tetap tenang. "Jadi, ini kamu, Satoshi Nakamoto?" tanyanya, sedikit terkagum.
Satoshi tersenyum kecil. "Ya, aku memang Satoshi. Tapi nama itu hanya identitas untuk tujuan tertentu. Aku bukan sosok yang kamu bayangkan."
Mereka pun masuk ke dalam rumah dan mulai berbicara. Satoshi membuka percakapan, "Kamu pasti penasaran mengapa aku memanggilmu ke sini. Bitcoin dan blockchain hanyalah bagian kecil dari apa yang ingin aku capai. Masa depan manusia lebih dari sekadar uang digital. Itu tentang bagaimana kita dapat mengubah struktur ekonomi global, memberikan kontrol kembali kepada individu, dan menghilangkan dominasi sistem yang sudah ada."
Milim mendengarkan dengan penuh perhatian. "Jadi, ini lebih besar daripada yang saya kira," kata Milim. "Apa cita-citamu, Satoshi?"
Satoshi menghela napas dan kemudian menjawab dengan serius, "Aku ingin menciptakan sistem yang lebih adil, tempat semua orang bisa mengakses sumber daya tanpa hambatan. Blockchain adalah jembatan pertama, tapi aku memiliki visi yang lebih besar—membangun dunia di mana teknologi tidak hanya mendukung kehidupan, tapi membentuk kehidupan itu sendiri."
Milim merasa semakin terinspirasi. Ia merasa bahwa pertemuan ini bukan hanya soal Bitcoin. Ini tentang masa depan umat manusia—tentang bagaimana teknologi dan keuangan bisa saling bersinergi untuk menciptakan dunia yang lebih baik.
"Dan apa yang harus saya lakukan?" tanya Milim, merasa tak sabar untuk tahu lebih lanjut.
Satoshi menjawab dengan sebuah senyuman tipis. "Kamu sudah berada di jalur yang benar. Dunia yang kita bangun, bisa dimulai dari sini. Dengan bantuanmu, kita bisa menciptakan sesuatu yang lebih besar dari yang kita bayangkan."
Percakapan mereka berlangsung berjam-jam, hingga Milim merasa bahwa ia baru saja membuka babak baru dalam pemahaman tentang teknologi dan masa depan. Namun, meskipun begitu banyak yang telah terungkap, Satoshi Nakamoto masih menyimpan banyak rahasia. Ada sesuatu yang lebih besar yang sedang ia rencanakan, dan Milim tahu bahwa ia akan memainkan peran besar dalam hal itu.