Cherreads

Chapter 6 - Sang Emas?

CH 6

Berbulan-bulan telah berlalu

sejak Ruphas Forsaken memulai latihannya. Setiap hari ia mengasah teknik Penyaluran Qi Pedang sembari menjalani aktivitas sebagai budak tempa. Tubuhnya berkali-kali kelelahan, lemas, bahkan memuntahkan darah. Qi-nya kering terkuras hingga tak bersisa. Namun ia tidak menyerah. Setiap kegagalan justru membakar tekadnya lebih dalam.

Lima bulan berlalu seperti sekejap mata—penuh penderitaan, namun juga harapan.

Hari itu, Ruphas duduk bersila di ruang latihannya, ditemani Zerva, pedang buatannya yang setia. Tatapannya penuh keteguhan.

"Setelah lima bulan mempelajari teknik ini, hari ini… ya, di saat ini… aku, Ruphas Forsaken, harus berhasil."

Ia menarik napas dalam, lalu mengulurkan tangannya ke arah Zerva. Qi-nya mulai mengalir. Tidak seperti dulu—kali ini arusnya murni, halus, dan stabil. Aliran energi itu menyatu ke dalam logam spiritual pedangnya dengan ketenangan yang hampir suci.

Berjam-jam ia bertahan dalam konsentrasi penuh. Tak satu gerakan pun tergesa. Ia dan Zerva seolah menyatu, seakan saling memahami dalam diam. Saat Qi-nya hampir habis, sebuah cahaya biru lembut meledak dari bilah pedang itu, menyilaukan.

Aura pedang itu mekar ke segala arah—halus, murni, tak terhenti.

"Apa ini…? Kenapa aura Zerva begitu kuat? Kakek tak pernah menyebutkan pancaran seperti ini…" Ruphas mundur setengah langkah, tubuhnya hampir terhempas oleh tekanan dari aura Qi tersebut.

Ia berusaha mendekat, menahan desakan energi yang semakin berat.

"Aku harus memegangnya..."

Dengan susah payah, tangan Ruphas menggenggam gagang Zerva. Saat jari-jarinya menyentuhnya, aura itu perlahan surut. Ketenangan kembali menyelimuti ruangan.

"Berhasil…" bisiknya, lalu berteriak lantang, "Aku berhasil!"

Tapi kebahagiaannya hanya sejenak. Saat ia kembali memfokuskan Qi ke Zerva, aura lain muncul di sekitar bilahnya—bukan biru seperti seharusnya, melainkan hitam dan putih, berputar perlahan, seperti kabut yang menyelimuti kebenaran.

"Apa… ini? Kenapa bukan warna biru…?"

Zerva tampak bergetar ringan. Ruphas menatapnya tajam. Tiba-tiba, pikirannya ditarik oleh sesuatu yang tak terlihat. Ia larut dalam kesadarannya—hingga tubuhnya terasa ringan, dan ia tersadar… dirinya kembali ke tempat ketika pertama kali membuka jalur meridian.

"Kenapa aku di sini lagi? Apa ini ilusi?" tanyanya panik.

Namun ini bukan sekadar ilusi. Ini adalah Alam Kesadaran Ilahi—ruang spiritual dalam diri seorang kultivator, tempat berkumpulnya jiwa, ingatan, niat, dan kekuatan batin. Di tempat ini, para kultivator mengembangkan kekuatan spiritual, memahami teknik ilahi, berkomunikasi dengan roh senjata, dan mengasah kesadaran sejati.

Alam ini memiliki tingkatan:

Permulaan, saat kesadaran baru terbangun.

Menengah, ketika bisa membedakan niat dan ilusi.

Mahir, saat kesadaran bisa digunakan untuk menyerang atau bertahan.

Puncak, di mana seorang kultivator mampu membentuk ruang kesadarannya sendiri.

Ruphas masih berada di tahap permulaan. Tapi hari ini, sesuatu yang tidak biasa terjadi.

Dari kejauhan, sebuah aura hitam dan putih muncul, berputar perlahan seperti pusaran tak berujung. Bentuknya kemudian berubah menjadi sepasang mata—gelap dan terang, menatap Ruphas dari kehampaan dengan sorot tajam.

Ruphas terdiam. Tubuhnya gemetar.

"Apa itu...?" gumamnya. "Kenapa ada sesuatu seperti ini dalam diriku?"

Mata itu bergerak, menatap dalam-dalam hingga menyentuh relung jiwanya. Lalu… ia berbicara dengan suara rendah namun menggema di seluruh alam kesadarannya.

"Sang Emas."

Seketika, mata itu lenyap. Kesadaran Ruphas ditarik kembali ke tubuhnya seperti jatuh dari langit.

Ia terengah-engah. Tangannya masih memegang Zerva. Aura hitam-putih telah lenyap. Namun hatinya tidak tenang.

Siapa yang tadi itu…? Dan apa maksud dari 'Sang Emas'?

Pertanyaan itu menggantung di udara, menjadi misteri baru dalam perjalanan panjang Ruphas Forsaken.

More Chapters