Cherreads

Chapter 5 - berlatih keras

CH 4

Setelah puas dengan hasil pedang yang ia buat, Ruphas mulai berlatih ilmu pedang. Ia mencoba mengingat kembali teknik yang pernah diajarkan oleh kakeknya. Pola gerakan yang tajam dan presisi ia lakukan semirip mungkin dengan yang pernah dideskripsikan. Namun, setiap kali ia mencobanya, hasilnya nihil.

Ia terduduk, mencoba memahami kekeliruannya.

"Apa yang kakek ajarkan salah?" pikirnya. "Padahal aku sudah mengikuti setiap langkah yang ia ceritakan."

Ruphas kembali berdiri. Ia mencoba lagi. Tapi lagi-lagi ia gagal. Berkali-kali ia mencoba, dan berkali-kali pula ia tidak menemukan hasil. Kekecewaan menyelimuti hatinya. Ia mulai meragukan ajaran sang kakek. Salah satu teknik yang paling ia ingin kuasai adalah Teknik Penyaluran Qi Pedang.

Teknik itu memungkinkan seseorang untuk menyalurkan Qi ke dalam pedang, membungkus bilahnya dengan aura yang menguatkan. Teknik ini meningkatkan ketajaman, kekuatan pukulan, dan daya tahan senjata. Jika dilakukan dengan benar, aura Qi akan semakin murni dan stabil. Namun teknik ini hanya bisa dilakukan pada pedang spiritual atau lebih tinggi.

Teknik ini memiliki empat tingkat penguasaan: Dasar, Menengah, Mahir, dan Puncak. Setiap tingkat membawa pengaruh besar, tergantung pada kemurnian Qi dan pengendalian teknik. Semakin tinggi tingkatnya, semakin besar efeknya.

Meski gagal, Ruphas tidak menyerah.

"Tidak, aku tidak boleh berhenti di sini. Aku masih punya jalan panjang."

Selama lima jam ia berlatih tanpa henti, tapi hasilnya masih sama. Tidak ada perubahan. Ia pun duduk, menarik napas panjang. Konsentrasi yang tinggi benar-benar menguras tenaganya.

"Sebaiknya kulanjutkan nanti. Aku harus membuat senjata dulu. Kalau tidak, aku bisa mati."

Sembari menempa senjata, pikirannya masih sibuk menganalisis.

"Apa yang salah? Gerakannya sudah sesuai. Tapi kenapa hasilnya tidak ada? Ah, nanti kupikirkan lagi. Sekarang fokus dulu."

Setelah selesai membuat senjatanya, Ruphas berjalan kembali ke lorong tempat ia biasa berlatih. Namun kali ini ada yang berbeda. Seseorang telah menunggunya di sana.

Seorang anak lelaki, kira-kira seusianya. Kulitnya pucat, mata merah menyala, rambut gelap, menandakan darah vampir mengalir dalam dirinya. Ia menatap tajam ke arah Ruphas, tanpa berkata sepatah kata pun.

Ruphas terdiam, waspada.

"Siapa dia? Apa dia akan melapor pada penjaga?" Gumamnya

Ia mengepalkan tinjunya, siap menyerang.

Anak itu membuka suara. "Aku tahu apa yang kau lakukan di sini. Kalau aku melapor, mungkin aku akan mendapatkan hadiah menarik."

Ruphas langsung menyerang. Ia mengayunkan tinju ke arah kepala anak itu, percaya diri karena ia sudah menjadi kultivator. Namun, serangannya dengan mudah ditepis. Anak itu hanya menggunakan satu tangan, bahkan menyalurkan sedikit Qi untuk menahan pukulan Ruphas.

"Apa-apaan itu?" Ruphas mundur, terkejut.

Anak itu tersenyum. "Tenang. Aku tidak ingin melawanmu. Aku ingin bekerja sama. Kau berbakat, sama sepertiku."

Dengan nada tidak percaya, Ruphas menjawab, "Kenapa aku harus bekerja sama denganmu? Apa kau merasa sehebat itu? Ranahmu apa?"

"Ranahku? Tidak penting untuk kau tahu. Yang jelas, aku bisa mengalahkan sepuluh penjaga Xeridians."

Mendengar itu, Ruphas terdiam. Ia tak percaya. Tapi di dalam hati ia mengakui, jika itu benar, kekuatan anak ini jauh di atasnya.

Anak itu mengulurkan tangan. "Namaku Rouner. Senang bertemu denganmu, Ruphas Forsaken."

Ruphas terkejut lagi. "Bagaimana kau tahu namaku?"

"Rahasia," jawab Rouner santai. "Jadi, kau mau bekerja sama atau tidak?"

Ruphas ragu sejenak. Tapi akhirnya ia menjawab, "Baik. Aku setuju."

Dalam hati ia bergumam, "Dia bisa berguna suatu hari nanti."

Setelah itu Rouner pergi, meninggalkan lorong yang hening. Ruphas menatap punggungnya yang menjauh, lalu kembali memusatkan fokusnya untuk berlatih.

More Chapters