Cherreads

Chapter 82 - Bab 80 — Sejarah Baru dari Orbit

Bab 80 — Sejarah Baru dari Orbit

Stasiun luar angkasa Lap 1.0 resmi beroperasi dan tercatat sebagai stasiun luar angkasa terbesar kedua di dunia, hanya berada di bawah ISS dan melampaui stasiun milik Tiongkok. Dibangun melalui kolaborasi bersejarah antara European Space Agency (ESA), Korea Aerospace Research Institute (KARI), dan sektor swasta Stellarbridge, proyek ini menandai era baru geopolitik luar angkasa.

Kepemilikan resmi Stasiun Lap 1.0:

ESA (Eropa): 70%

KARI (Korea Selatan): 20%

Stellarbridge dan negara pendukung lainnya: 10%

Termasuk Indonesia, Brasil, Argentina, Timor Leste, dan negara-negara Eropa Timur.

Dengan anggaran mencapai $60 miliar USD, Lap 1.0 dibangun dengan pendekatan modular dan kompatibel dengan peluncur dari berbagai belahan dunia. Orbitnya di LEO (400–450 km) menjadikannya pusat penelitian, manufaktur mikrogravitasi, serta diplomasi antariksa multilateral.

---

Reaksi Dunia dan Geopolitik Baru

Di Korea Selatan dan Uni Eropa, keberhasilan ini dirayakan bak perayaan kemenangan olahraga besar. Media sosial dipenuhi ekspresi bangga:

"Ini milik kita juga. Dunia tidak lagi hanya menonton NASA."

"Lap 1.0 adalah simbol kerja sama, bukan dominasi."

Negara berkembang seperti India, Indonesia, dan negara-negara Amerika Latin memandang stasiun ini sebagai harapan keterlibatan lebih besar dalam ekosistem luar angkasa global. China, Rusia, dan Amerika Serikat mulai memperhitungkan ulang langkah diplomasi antariksa mereka. India, khususnya, menyambut terbuka kerja sama masa depan dengan ESA dan KARI.

---

Undangan Eksklusif dari ESA

Sebagai bagian dari peluncuran promosi publik, ESA secara resmi mengundang tiga figur besar dunia digital dan filantropi: Milim, MrBeast, dan Mark Rober. Tujuannya: memperkenalkan Lap 1.0 kepada dunia lewat siaran langsung eksklusif di YouTube.

Namun, Milim menolak secara sopan karena kesibukan, dan menyerahkan panggung kepada MrBeast dan Mark Rober. Kedua influencer tersebut menerima dan mempersiapkan live streaming perjalanan ke luar angkasa pertama oleh YouTuber sipil.

---

Ledakan Digital: Rekor Dunia YouTube

Kolaborasi ini mencetak sejarah:

10 juta penonton live streaming serentak, memecahkan rekor peluncuran Skyreach Two (2021)

1 miliar views tercapai dalam hitungan hari

Disebut sebagai "Internet Moment of the Decade" dan menandai dominasi sains dalam budaya pop

Dengan kolaborasi rutin bersama Milim sebelumnya, reputasi MrBeast (320 juta subscriber) dan Mark Rober (120 juta subscriber) meroket sebagai ikon antariksa modern di dunia digital.

---

Aliansi Project LAP Stasiun 1.0: Simbol Baru Koalisi Negara dan Swasta dalam Perlombaan Luar Angkasa

Keberhasilan pembangunan LAP Stasiun 1.0, stasiun luar angkasa terbesar kedua di dunia setelah ISS, secara resmi menandai kelahiran aliansi strategis antara Korea Selatan (KARI), Uni Eropa (ESA), dan sektor swasta global yang diwakili oleh perusahaan teknologi luar angkasa terdepan, Stellarbridge.

Kolaborasi ini bukan sekadar proyek ilmiah, tetapi juga menjadi sinyal kuat tentang pergeseran kekuatan dalam perlombaan luar angkasa global, dari dominasi eksklusif negara-negara besar seperti Amerika Serikat, China, dan Rusia, menuju era multipolar yang melibatkan aliansi negara dan perusahaan teknologi.

Sorotan Utama Aliansi LAP 1.0:

70% kepemilikan ESA, mewakili kekuatan konsolidasi Eropa dalam antariksa.

20% dari KARI (Korea), menegaskan posisi Korea sebagai rising power di bidang antariksa.

7% dari Stellarbridge, mencerminkan era baru di mana sektor swasta bukan lagi sekadar pendukung, melainkan pemain utama dalam desain, logistik, dan distribusi teknologi luar angkasa.

3% sisanya dimiliki oleh negara-negara mitra dari Asia Tenggara, Amerika Latin, dan lainnya yang turut menyumbang, termasuk Indonesia dan Timor Leste.

---

Implikasi Strategis:

Aliansi ini menjadi model baru kooperasi internasional dan sektor swasta, yang dinilai banyak pengamat sebagai cikal bakal sistem antariksa masa depan: terdesentralisasi, terintegrasi, dan kolaboratif. Hal ini menginspirasi negara seperti India dan Jepang untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor, sementara negara-negara BRICS dan G7 memantau dengan penuh perhatian.

Kutipan dari Kepala ESA:

> "Kami percaya masa depan eksplorasi ruang angkasa bukan lagi hanya tentang negara adidaya, tapi tentang kolaborasi cerdas antar negara dan perusahaan yang memiliki visi bersama."

---

Respon Internasional terhadap Aliansi LAP Stasiun 1.0: Amerika, China, Rusia, dan India Bersikap Waspada

Pendirian aliansi antariksa antara ESA (Eropa), KARI (Korea Selatan), dan Stellarbridge melalui proyek LAP Stasiun 1.0 telah menimbulkan gelombang diplomatik dan strategis yang kuat di panggung global. Negara-negara besar lain yang sebelumnya mendominasi lintasan luar angkasa kini memberikan respon serius terhadap perkembangan ini.

---

Amerika Serikat: Tegas tapi Diplomatis

Pemerintah AS melalui NASA menyambut baik keberhasilan LAP Stasiun 1.0 secara publik, namun sejumlah laporan internal Pentagon dan Dewan Antariksa Nasional menunjukkan kekhawatiran tentang pergeseran ekosistem antariksa global.

Pernyataan resmi dari juru bicara NASA:

> "Kami mendukung kolaborasi internasional selama menjunjung transparansi dan stabilitas. Namun, dominasi teknologi harus tetap berlandaskan kepentingan bersama umat manusia."

Secara strategis, AS mulai mempercepat roadmap Stasiun Artemis Gateway di orbit bulan dan memperluas kerja sama dengan SpaceX, Blue Origin, dan Jepang.

---

China: Siaga dan Mempercepat Ekspansi

China memandang aliansi ini sebagai potensi tandingan baru terhadap stasiun Tiangong milik mereka. Melalui CNSA, mereka memperluas kemitraan antariksa dengan negara-negara BRICS dan negara berkembang, termasuk dengan tawaran akses khusus ke Tiangong.

Pernyataan resmi Global Times, corong pemerintah:

> "Aliansi antariksa barat ini harus diawasi agar tidak menjadi alat dominasi geopolitik luar angkasa yang tersembunyi."

---

Rusia: Kritik Terbuka dan Seruan Pengawasan PBB

Rusia secara tegas menyuarakan kecurigaan bahwa aliansi ini akan menggeser keseimbangan kekuatan ruang angkasa, khususnya setelah hubungan mereka dengan ESA memburuk pasca invasi Ukraina.

Roscosmos menyerukan pembentukan lembaga pemantau internasional di bawah PBB untuk memeriksa potensi militerisasi stasiun-stasiun baru.

> "Ini bukan sekadar kerja sama ilmiah, ini bisa menjadi front geopolitik baru," ucap Dmitry Rogozin dalam wawancara lokal.

---

India: Terbuka tapi Hati-Hati

India, melalui ISRO, memberikan respon yang paling diplomatis. Mereka melihat potensi untuk bergabung dalam kolaborasi terbuka tapi tetap memprioritaskan program independen Chandrayaan dan Gaganyaan.

India juga mulai mendekati Jepang dan UAE untuk memperkuat front Asia Selatan dalam antariksa.

> "Kami percaya pada multilateralisme, dan tidak ingin antariksa menjadi arena perebutan dominasi baru," kata Kepala ISRO, S. Somanath.

---

Potensi Bahaya dan Ketegangan ke Depan

Beberapa analis militer dan pakar teknologi luar angkasa memperingatkan:

Risiko balapan senjata luar angkasa terselubung, di mana stasiun sipil bisa dipersenjatai.

Ketidakseimbangan akses teknologi bagi negara berkembang.

Geopolitik baru yang membuat blok antariksa terbentuk seperti NATO vs Pakta Warsawa versi orbit.

---

Rencana ESA dan KARI untuk Masa Depan LAP Stasiun 1.0: Ekspansi, Komersialisasi, dan Perakitan Satelit

Keberhasilan LAP Stasiun 1.0 menandai era baru dalam eksplorasi luar angkasa. Sekarang, ESA (European Space Agency) dan KARI (Korea Aerospace Research Institute) sedang merancang langkah-langkah selanjutnya, yang mencakup pengembangan stasiun lebih lanjut, serta merencanakan komersialisasi stasiun dengan berbagai tujuan praktis, termasuk penyewaan fasilitas di orbit dan perakitan satelit lebih murah.

---

1. Penyewaan LAP Stasiun 1.0 dan Potensi Komersialisasi

ESA dan KARI berencana untuk memanfaatkan LAP Stasiun 1.0 dengan cara yang lebih menguntungkan secara finansial. Mereka akan membuka penyewaan fasilitas kepada perusahaan dan organisasi di sektor luar angkasa dan industri terkait. Beberapa layanan yang diusulkan meliputi:

Penyewaan ruang untuk eksperimen ilmiah oleh institusi riset dan universitas.

Penyewaan ruang komersial bagi perusahaan untuk menjalankan proyek luar angkasa mereka.

Penyewaan modul untuk uji coba mikrogravitasi dan pembuatan produk luar angkasa yang memerlukan lingkungan gravitasi rendah.

Hal ini akan menjadi sumber pendapatan tambahan yang signifikan untuk mendukung operasi stasiun dalam jangka panjang.

---

2. Perakitan Satelit Hemat Biaya di Orbit

Dengan LAP Stasiun 1.0 yang beroperasi di orbit rendah Bumi (LEO), ESA dan KARI sedang merencanakan untuk membuat perakitan satelit di orbit menjadi lebih hemat biaya. Rencana ini akan memungkinkan pembuatan satelit tanpa perlu meluncurkan roket ke luar angkasa yang dapat mengurangi biaya operasional secara signifikan.

Keuntungan dari pendekatan ini termasuk:

Mengurangi biaya peluncuran yang biasanya tinggi.

Kemampuan untuk merakit satelit langsung di orbit, yang mempermudah proses pengujian dan penyesuaian langsung.

Meningkatkan efisiensi dengan melakukan perakitan satelit modular di stasiun luar angkasa, mengurangi kebutuhan akan peluncuran berulang.

ESA dan KARI juga sedang berdiskusi dengan beberapa perusahaan antariksa lain di luar Stellarbridge untuk menggali potensi kerjasama dalam teknologi peluncuran dan perakitan satelit di orbit.

---

3. Ekspansi LAP Stasiun 1.0

Diskusi mengenai ekspansi LAP Stasiun 1.0 juga tengah berlangsung. ESA dan KARI merencanakan:

Menambah modul ilmiah dan fasilitas untuk memperluas kapasitas stasiun.

Memperbesar kapasitas kru dari 6 orang menjadi 12 orang dengan meningkatkan volume ruang hidup dan laboratorium.

Menyediakan lebih banyak docking port untuk pesawat luar angkasa yang akan berkunjung atau mengirimkan pasokan.

Dengan rencana ini, LAP Stasiun 1.0 diharapkan dapat menjadi pusat utama untuk riset dan pengembangan antariksa serta memenuhi kebutuhan pasar untuk fasilitas luar angkasa yang lebih terjangkau dan efektif.

---

Pada tahun 2024, StellarBridge, dengan kapitalisasi pasar mencapai $100 miliar, mengadakan rapat penting yang melibatkan semua pemegang saham utama untuk mendiskusikan arah perusahaan, pencapaian terbaru, dan rencana ekspansi di masa depan. Beberapa pencapaian utama yang dibahas termasuk proyek CelestialNet Prism, LAP Stasiun 1.0, dan dominasinya di industri luar angkasa.

---

1. Struktur Pemegang Saham StellarBridge

Rapat dimulai dengan pembahasan struktur saham perusahaan yang telah diperbaharui. Meskipun StellarBridge terus berkembang pesat, Yuri Milner memutuskan untuk mengurangi jumlah sahamnya hanya menjadi 7 persen demi memberikan ruang bagi investor besar dan mengoptimalkan potensi masa depan perusahaan. Berikut adalah struktur pemegang saham terbaru StellarBridge:

Yuri Milner: 7%

Milim: 9%

Mr. Beast: 1%

Mark Robert: 1%

BlackRock: 15%

Vanguard: 8%

Warren Buffett: 9%

Bill Gates: 2%

Elon Musk: 3%

Walton Family: 7%

Nava Capital: 8%

Google Ventura: 6%

Sisa: Investor global lainnya

Penyusunan ulang saham ini bertujuan untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas dalam memanfaatkan peluang strategis di masa depan.

---

2. Pencapaian StellarBridge dan Proyek Terbaru

Milim membuka rapat dengan menyambut para perwakilan untuk membahas sejumlah pencapaian luar biasa yang telah diraih StellarBridge, serta potensi masa depan perusahaan yang sangat menjanjikan. Pencapaian utama yang dibahas adalah:

CelestialNet Prism

Salah satu proyek terbesar StellarBridge, CelestialNet Prism, berhasil meluncurkan 5.400 satelit internet berkecepatan tinggi, menggunakan teknologi laser instan untuk memberikan koneksi internet yang lebih cepat dan lebih andal di seluruh dunia. Teknologi ini telah merevolusi akses internet global, memberikan dampak besar pada pasar komunikasi global.

LAP Stasiun 1.0

Selain itu, StellarBridge juga memiliki 7 persen saham di LAP Stasiun 1.0, yang merupakan stasiun luar angkasa terbesar kedua di dunia. Pembangunan stasiun luar angkasa ini dengan anggaran $60 miliar memberikan peluang besar dalam industri luar angkasa yang kini semakin berkembang pesat. Stasiun ini tidak hanya akan menjadi pusat riset ilmiah tetapi juga memiliki potensi komersial yang luar biasa.

Pendapatan Perusahaan

Pendapatan StellarBridge kini mencapai sekitar $10 miliar per tahun, sebagian besar berasal dari bisnis luar angkasa, terutama CelestialNet Prism dan LAP Stasiun 1.0. Keberhasilan ini membawa StellarBridge menjadi pesaing utama SpaceX, yang sebelumnya mendominasi industri antariksa.

---

3. Diskusi Pemegang Saham: Arah Perusahaan

Rapat berlanjut dengan diskusi mengenai arah masa depan StellarBridge. Beberapa poin penting yang dibahas:

BlackRock mengajukan proposal untuk investasi dalam penelitian roket canggih, yang akan memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan kemampuan peluncuran luar angkasa dengan biaya lebih efisien dan lebih cepat.

Ada juga diskusi tentang potensi komersialisasi LAP Stasiun 1.0 lebih lanjut, termasuk penyewaan ruang di stasiun luar angkasa untuk perusahaan-perusahaan riset dan komersial. Ini diharapkan dapat membuka sumber pendapatan baru yang lebih besar.

Salah satu topik yang menarik perhatian adalah ide tentang penambangan di bulan. Meskipun banyak yang setuju bahwa ini adalah tujuan jangka panjang dan masih terlalu awal, diskusi itu tetap penting karena dapat membuka peluang besar di masa depan.

Namun, meskipun semua ide dan rencana tersebut sangat ambisius, beberapa anggota rapat, terutama dari Warren Buffett dan Bill Gates, menganggap bahwa penambangan bulan adalah proyek yang sangat jauh dan memerlukan waktu yang lama sebelum dapat terwujud.

---

4. Reaksi Investor Global dan Pemegang Saham

Secara keseluruhan, para pemegang saham sangat senang dengan pencapaian yang telah diraih StellarBridge, dan mereka mengungkapkan optimisme tinggi tentang masa depan perusahaan. Milim dan Yuri Milner menyatakan bahwa meskipun mereka tetap berfokus pada tujuan jangka panjang, mereka juga akan tetap menjaga fokus pada keuntungan jangka pendek untuk memastikan pertumbuhan berkelanjutan.

Namun, meskipun semuanya bersemangat, ada juga kesadaran bahwa pasar luar angkasa semakin kompetitif. Para pesaing seperti SpaceX, Blue Origin, dan China's space agencies tetap menjadi ancaman yang harus dihadapi dengan inovasi berkelanjutan dan pengelolaan yang efisien.

---

Setelah rapat pemegang saham yang sukses di StellarBridge, BlackRock, dengan kepemilikan 15 persen di perusahaan tersebut dan kepemilikan 12 persen di Altheon Corps, mengundang Milim untuk melanjutkan diskusi tentang strategi ekspansi dan pengembangan lebih lanjut dalam sektor luar angkasa dan teknologi. Undangan ini datang langsung dari Laurence Douglas Fink, atau lebih akrab dipanggil Larry Fink, yang merupakan pendiri dan CEO BlackRock, serta salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia keuangan global.

---

1. Kepemilikan dan Pengaruh BlackRock

Sebagai salah satu perusahaan investasi terbesar di dunia, BlackRock memainkan peran sentral dalam pengembangan StellarBridge. Dengan 15 persen saham StellarBridge dan 12 persen saham Altheon Corps, BlackRock tidak hanya memiliki pengaruh yang besar dalam arah keuangan perusahaan-perusahaan ini, tetapi juga membawa wawasan dan pengalaman yang luar biasa dalam strategi investasi dan pengelolaan portofolio.

Namun, pengaruh terbesar BlackRock datang dari Larry Fink sendiri, seorang tokoh legendaris yang dihormati di dunia keuangan global. Fink dikenal karena visinya yang tajam dalam dunia investasi dan pengelolaan aset, yang telah membantu BlackRock menjadi pemimpin di pasar dengan total aset yang dikelola lebih dari $10 triliun.

---

2. Larry Fink: "King of Wall Street"

Laurence Douglas Fink, lahir pada 2 November 1952, sudah lama dikenal sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di Wall Street. Julukannya, "King of Wall Street", menggambarkan pengaruhnya yang sangat besar di dunia keuangan dan investasi global. Namun, belakangan, seiring dengan perkembangan BlackRock dan capaian-capaian besarnya, julukannya semakin berkembang menjadi "Manusia 10 Triliun Dolar", merujuk pada total aset yang dikelola oleh BlackRock yang telah mencapai angka tersebut.

Fink dikenal karena kemampuannya dalam mengarahkan investasi dan membentuk kebijakan keuangan global yang jauh melampaui perusahaan-perusahaan finansial lainnya. Kemampuannya untuk memahami tren pasar global, termasuk sektor teknologi dan luar angkasa, membuatnya menjadi mitra yang sangat dicari oleh perusahaan-perusahaan besar seperti StellarBridge dan Altheon Corps.

---

3. Milim Bertemu Larry Fink

Setelah undangan resmi diterima, Milim memutuskan untuk menghadiri pertemuan yang sangat dinanti ini. Diskusi antara Milim dan Larry Fink diadakan di kantor pusat BlackRock, yang terletak di pusat Wall Street, New York. Di sana, Fink, dengan gaya komunikasinya yang penuh wawasan dan pengalaman, memulai pertemuan dengan berbicara tentang potensi pertumbuhan luar angkasa dan **bagaimana StellarBridge dan Altheon Corps dapat memanfaatkan investasi strategis untuk memperluas dominasi mereka di industri luar angkasa.

Larry Fink memaparkan strategi investasi BlackRock di sektor luar angkasa dan teknologi, serta bagaimana mereka melihat sektor ini berkembang dalam beberapa tahun ke depan. Fink menekankan bahwa sektor luar angkasa bukan hanya soal penerbangan ke luar angkasa, tetapi juga mencakup inovasi dalam teknologi satelit, komunikasi internet berbasis laser, serta komersialisasi ruang angkasa yang sangat berpotensi menguntungkan.

---

4. Diskusi tentang Strategi Masa Depan dan Bitcoin

Di tengah diskusi mengenai pengembangan teknologi luar angkasa, Milim juga membawa topik baru yang menjadi perhatian global: pasar crypto, terutama Bitcoin. Milim mengemukakan pandangannya tentang potensi Bitcoin untuk menjadi mata uang yang terkuat di dunia karena konsep uniknya yang terdesentralisasi dan kemampuannya untuk melampaui batasan tradisional mata uang fiat.

"Bitcoin telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa meskipun menghadapi volatilitas pasar yang besar. Saya percaya dalam beberapa tahun ke depan, konsep dezentralisasi yang ditawarkan oleh Bitcoin bisa menjadi salah satu pilar ekonomi global," ujar Milim, berbicara dengan keyakinan.

Fink mendengarkan dengan seksama dan memberi tanggapan bahwa BlackRock sendiri sudah mulai melibatkan diri dalam investasi crypto, meskipun mereka masih sangat berhati-hati. Larry Fink menjelaskan, "Kami memantau perkembangan Bitcoin dan crypto lainnya. Memang ada potensi besar dalam sistem finansial yang tidak bergantung pada otoritas terpusat. Namun, kami juga sangat memperhatikan risiko yang ada, baik dari sisi regulasi maupun keamanan. Meskipun demikian, kami percaya bahwa crypto akan terus berkembang dan menemukan tempatnya dalam dunia investasi global."

Milim kemudian berbicara tentang membangun infrastruktur yang mendukung pasar crypto, yang menurutnya merupakan tugas utama dari Altheon Corps. Altheon Corps memang memiliki fokus utama dalam pengembangan infrastruktur digital yang memungkinkan keamanan dan efisiensi dalam transaksi crypto dan pengelolaan mata uang digital lainnya. Milim juga menyarankan bahwa StellarBridge dapat terlibat dalam pengembangan platform satelit berbasis blockchain yang dapat mendukung keamanan data dan transaksi crypto di masa depan.

---

5. Perkembangan Perusahaan dan Ke Arah Masa Depan

Selain membahas crypto, diskusi juga berlanjut ke arah strategi masa depan StellarBridge dan bagaimana mereka akan memperluas dominasi di pasar luar angkasa dan teknologi satelit. Fink menyoroti pentingnya diversifikasi investasi dan bagaimana BlackRock berencana untuk mendanai penelitian roket canggih, pengembangan teknologi satelit lebih efisien, serta inovasi dalam komersialisasi ruang angkasa.

Milim dan Fink sepakat bahwa komersialisasi ruang angkasa akan menjadi sektor yang sangat menguntungkan dalam beberapa tahun ke depan, dan itu membuka peluang besar untuk perusahaan seperti StellarBridge untuk mengambil posisi terdepan di pasar global.

---

6. Potensi Kerja Sama Lanjutan

Milim dan Larry Fink membahas juga potensi kerja sama jangka panjang antara StellarBridge, BlackRock, dan berbagai perusahaan luar angkasa lainnya. Milim mencatat bahwa StellarBridge saat ini memiliki 7 persen saham di LAP Stasiun 1.0, yang berpotensi menjadi pusat penelitian dan komersialisasi luar angkasa di masa depan. Fink menunjukkan bahwa investasi lebih lanjut di proyek seperti ini dapat membuka peluang komersial yang sangat besar dalam waktu dekat.

Fink juga berbicara tentang kemungkinan penambangan di bulan dan eksplorasi sumber daya luar angkasa yang berkelanjutan. Meskipun para peserta diskusi menyadari bahwa penambangan luar angkasa adalah proyek jangka panjang, Fink menegaskan bahwa investasi di luar angkasa adalah salah satu prioritas masa depan BlackRock.

---

More Chapters