Beribu tahun yang lalu, hutan yang luas memiliki banyak sisi dan ditinggali oleh beragam makhluk seperti Elf, Griffin, Vampire, Werewolf, manusia dan juga makhluk spiritual seperti Naga dan juga Phoenix.
Mereka semua tersebar di seluruh penjuru hutan. Memiliki wilayahnya tersendiri, sebelah utara hutan di tempati para bangsa Elf, peri-peri mini dan juga hewan mitologi seperti kuda bertanduk atau sering kita sebut sebagai Unicorn. Hutan disana sangat subur dengan beragam macam jenis tumbuhan.
Sementara sebelah sisi selatan hutan di tempati oleh para makhluk spiritual seperti Naga, Phoenix, Ular bersisik emas, dan masih banyak lagi. Di tempat yang tak jauh dari sana, juga ada batas wilayah pemukiman para Griffin yang menetap di hutan.
Sementara di sisi sebelah timur wilayah bangsa werewolf berbatasan dengan wilayah bangsa Vampire. dan ada pemukiman manusia yang cukup luas sebagai perbatasan antar wilayah dua bangsa itu.
Dahulu pemukiman manusia itu adalah sebuah kerajaan besar dengan kastil yang megah. Seiring dengan berjalannya waktu, para manusia memilih pergi keluar hutan dan kerajaan itu menjadi kosong begitu saja. Termasuk kastil yang dulunya terkenal sangat megah, kini terlihat lusuh, dan sekarang menjadi tempat tinggal berlima gadis itu.
Kini mobil mereka memasuki hutan, menuju kastil. Menembus kabut putih pekat, yang membuat hawa mistis semakin terasa di hutan itu. Berlima gadis itu turun dari mobil, diikuti dengan Aldric yang juga turun dari motornya. Ia melihat sekeliling bangunan tua itu, yang tampak sudah banyak berubah sejak ia terakhir kali datang kesini untuk mengantar Yoona.
"Kastil ini sudah banyak berubah, sejak lima ratus tahun yang lalu!" Ungkap Aldric sembari memperhatikan bangunan kastil tak terawat yang ada di hadapannya ini, dikelilingi kabut putih dan juga dinding yang sudah berlumut.
"Tidak juga, sebenarnya kami sudah memberi sihir perawatan pada bangunan kastil ini. Hanya saja Agar tak menjadi masalah dan membuat makhluk lain tak curiga, kami membuatnya seolah tak terawat dan juga menyeramkan! hutan ini berbatasan tepat dengan hutan manusia, sering kali ada manusia yang menemukan celah, dan berhasil masuk ke hutan ini." Jelas Suzy, kemudian mereka berenam masuk ke dalam kastil tua itu.
Pada awalnya Aldric masih heran, saat melihat di dalam kastil yang berdebu, dengan barang-barang yang sudah tua dan usang. Kastil ini sama sekali tak tampak layak, untuk ditinggali. Sampai Suzy berjalan ke sebuah rak buku, dan menarik salah-satu buku dari tempatnya. Tiba-tiba rak buku itu bergeser, dan memperlihatkan sebuah ruangan besar, dengan perabotan modern yang lengkap, dan tampak ruangan ini lebih layak untuk di tinggali.
Mereka berenam masuk, kemudian lemari buku itu kembali bergeser ke tempatnya semula, seolah tak pernah terjadi apa pun disana.
"Aku ingin makan kemangi sambil melihat bulan." Yoona mengambil sebatang kemangi, kemudian pergi ke halaman untuk berbaring.
Saat ini pukul setengah delapan, bulan sudah mulai nampak dan bersinar dengan terang. Setelah seharian melakukan rutinitas di dunia manusia, mereka akhirnya bisa pulang dan beristirahat.
Suzy dan Luna, dua ahli dapur kini sibuk membuat makanan untuk di makan bersama Aldric. Luna si asisten, dan Suzy si koki. Sementara Liza sedang bersantai di sofa, sembari menggigit sebuah apel dan tangan lainnya sibuk berkutik dengan ponsel, bermain game bersama Bella.
Aldric menghampiri Yoona, kemudian ikut berbaring di atas rumput menyaksikan bulan. Yoona, termenung menggigiti batang kemangi sembari menatap ke atas langit.
"Di sekolah mereka terus berceloteh tentang kau yang tidak pernah meminum darah, kenapa berbohong?" Aldric menatap Yoona yang masih memandang ke langit. "Tentu saja agar terlihat keren!" jawab Yoona spontan dan terlihat sedikit acuh.
"Kau kan memang tidak meminum darah, tapi sejak kejadian hari itu." Yoona kini berbalik memiringkan badannya menghadap Aldric. "Kau masih menyalahkan ku kah, Aldric?" tanya Yoona menatap lekat mata Aldric.
"A-aku tidak bermaksud, lagi pula itu juga bukan sepenuhnya salahmu." panik Aldric tidak ingin memberi kesan buruk di awal pertemuan mereka setelah sekian ratus tahun tak bertemu. Yoona kembali berbalik dan menatap langit, sementara Aldric kini menghembuskan nafas dengan lega.
"Hei, cepat masuk! makanan sudah hampir selesai di masak."
Luna berteriak keluar memanggil Aldric dan juga Yoona untuk segera masuk ke dalam.
Yoona bangkit, dan merapihkan pakaiannya berjalan duluan dan segera disusul oleh Aldric.
Kini mereka duduk di hadapan sebuah meja besar sembari menunggu Suzy menghidangkan makanan. semua orang terlihat tak sabar, asap harum mengepul dari mangkuk berisi kuah panas yang di bawa Suzy, dan tak lupa menyisihkan yang sudah didinginkan untuk Liza.
"Aku senang, kalian hidup dengan baik!" ucap Aldric, yang membuka percakapan.
"Kami punya pertambangan emas dan berlian di bawah kastil. Jadi kami tidak pernah kekurangan uang dalam kurun waktu lima ratus tahun ini!" Ungkap Suzy sembari menyajikan makanan kemudian ikut duduk bersama mereka. Itu membuat Aldric sedikit terperangah. Pantas saja pakaian dan aksesori kelima gadis ini dari atas sampai bawah tampak begitu mahal. Bahkan dirinya yang lahir sebagai anak dari seorang pengusaha terkaya di negeri itu pun, merasa sangat miskin di hadapan mereka berlima.
"Emm... Lalu siapa dua gadis ini? Saat dulu mengantar Yoona, aku tidak melihat mereka berdua!" Tanya Aldric, sembari melihat ke arah Luna dan Bella.
"Itu wajar, karna kami datang ke sini kira-kira empat ratus tahun, yang lalu." Ujar Bella tersenyum, begitu pun dengan Luna.
"Walau begitu kami mengenalmu. Kami sering
mendengar cerita tentangmu, dari Yoona.
Setiap malam di selalu membacakan kami dongeng dan terkadang menceritakan tentang masa lalunya." Ungkap Bella dan juga Aluna dengan menggebu-gebu. Walau sudah tak memiliki mata biru seperti yang diceritakan Yoona, lelaki ini tetaplah werewolf yang sama, yang telah menyelamatkan Yoona dari perang mengerikan lima ratus tahun lalu.
"Kalau begitu, bagaimana jika kita berkenalan secara resmi. Namaku Aldric davidson, namun kini berubah menjadi Aldric William. kalian bisa memanggilku dengan nama Aldric." ujar Aldric menjulurkan tangannya pada dua gadis itu.
"Namaku Abelia de Virgo, namun di dunia manusia ini kau bisa memanggil ku Bella." balas Bella tersenyum, sembari menjabat tangan Aldric.
"Namaku Aluna, em... Maaf, aku tidak bisa memberi tahu nama asliku padamu, aku..."
Cplass.
Belum saja Luna menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba air keluar dari tangannya, yang muncrat hingga membasahi wajah Aldric.
"Maaf, ini... Sebenarnya karna tadi aku mengucapkan nama asliku dalam hati. Setiap nama itu disebutkan, tanganku akan refleks mengeluarkan air!" Ujar Luna tak enak, sembari menyeka wajah Aldric dengan kain.
"Memangnya nama aslimu mempunyai sihir, kah?" Heran Aldric, sembari ikut menyeka wajahnya dengan tangannya.
"Kau benar, Aquaria de Atlantis artinya..."
Cplass...
Belum saja Aluna menyelesaikan kata-katanya, air kembali muncrat dari tangannya dan kembali membasahi wajah Aldric.
"Sumber terciptanya air di Atlantis...." Ujar Luna, namun kali ini dengan nada yang melirih.
"Biar aku lap mukaku sendiri saja!" kesal Aldric sembari merebut kain, yang di pegang Luna. Seketika semua orang tertawa, kecuali Aldric yang dengan kesalnya mengelapi wajahnya, sementara Luna sendiri bingung harus berbuat apa.
"Dasar bodoh!" ujar Liza mengatai Aldric.
Brakk... Prangg....
Seketika semua orang terkejut saat terdengar suara benda berjatuhan dari dalam kastil, di luar ruangan mereka.
"Ada apa di luar? Apakah ada orang? tapi bagaimana bisa ada yang masuk, ke dalam sini!" Kaget mereka, sembari saling memandang satu sama lain, apakah setelah sekian lama, bahaya kembali menghampiri mereka.
Sial!
Rutuk mereka segera bergegas keluar ruangan, melihat apa yang sedang terjadi.
"Ada penyusup disini!"