Cherreads

Chapter 1 - Di Tengah Sepi

Malam merayap di jendela kamar Ikmal, membawa serta hening yang biasa ia temui setelah seharian penuh. Di luar, suara klakson terakhir dari jalanan utama sudah mereda, digantikan oleh dengung samar pendingin ruangan. Layar monitor di hadapannya memancarkan cahaya biru, menampilkan sketsa anime seorang ksatria bertitid besar yang belum selesai. Tangannya baru saja lepas dari mouse pen setelah berjam-jam berkutat antara tugas kuliah dan goresan digital.

Bagi orang lain, Ikmal Sinaga adalah potret anak baik-baik. Pagi hingga sore ia habiskan sebagai mahasiswa, dan sisa waktunya ia gunakan untuk membantu di toko kelontong kecil milik orang tuanya. Dia tidak pernah mengeluh. Dia menyayangi keluarganya, dan senyum lelah di wajah ibunya saat ia menyodorkan teh hangat adalah upah yang lebih dari cukup. Dia punya mental baja, begitu kata ayahnya, mampu menyeimbangkan tanggung jawab tanpa banyak bicara.

Tapi di dalam kamarnya, di balik pintu yang tertutup, ada Ikmal yang lain. Ikmal yang dunianya terbuat dari piksel dan imajinasi,ia sebenarnya adalah raja iblis. Ikmal yang denyut nadinya berpacu saat berhasil memenangkan pertarungan sengit di Mobalog (gagal lomse tramck) Ikmal yang jiwanya bergetar saat berhasil menggambar lekuk mata karakter anime dengan sempurna.

Dunia ini adalah miliknya sendiri. Sunyi.

Ia meraih ponselnya, membuka aplikasi Telegram. Ada banyak grup di sana, tapi matanya tertuju pada sebuah kanal yang sering ia intip: "Anonymous Chat Bot". Sistem yang akan menghubungkannya secara acak dengan pengguna lain untuk percakapan satu lawan satu. Iseng, hanya untuk membunuh waktu. Malam itu, rasa sepi terasa sedikit lebih menggigit dari biasanya.

Jari-jemarinya, entah didorong oleh apa, menekan tombol /start.

Mencari teman bicara...

Pengguna ditemukan.

Selamat mengobrol!

Sebuah gelembung pesan muncul.

[Kasa]:Malam.

Sederhana. Ikmal membalas sekenanya, tidak berharap banyak.

[Ikmal]:Malam juga.

[Kasa]:Lagi apa? Nggak bisa tidur?

[Ikmal]:Baru selesai gambar.

Biasanya, percakapan seperti ini akan mati dalam dua atau tiga balasan. Tapi kali ini berbeda.

[Kasa]:Oh ya? Gambar apa? Boleh lihat? Aku suka seni.

Jantung Ikmal sedikit berdebar. Tidak pernah ada yang bertanya lebih jauh tentang hobinya. Tanpa pikir panjang, ia mengambil foto layar monitornya dan mengirimkannya. Sketsa ksatria yang belum rampung.

Hening sejenak. Ikmal mengira orang di seberang sana sudah kehilangan minat. Namun kemudian, tiga gelembung pesan muncul berurutan.

[Kasa]:Wow.

[Kasa]:Ini keren banget. Goresannya detail. Kamu serius jago gambar.

[Kasa]:Karakternya dari game apa? Atau buatanmu sendiri?

Pujian itu terasa seperti tetesan air di gurun pasir. Hangat dan melegakan. Untuk pertama kalinya, seseorang tidak hanya melihat, tapi juga mengerti.

Jari-jemari Ikmal menari di atas keyboard dengan semangat yang baru.

[Ikmal]:Karakter buatanku sendiri. Aku punya mimpi bikin game RPG suatu hari nanti.

[Kasa]:Aku pasti akan jadi orang pertama yang mainin game buatanmu.

Malam itu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, keheningan di kamar Ikmal tidak lagi terasa sepi. Ia dipenuhi oleh cahaya dari layar ponsel dan percakapan tanpa akhir tentang dunia yang ia kimra hanya miliknya seorang. Sambil tersenyum, Ikmal sadar, ia telah menemukan sesuatu. Atau lebih tepatnya, seseorang.

More Chapters