Cherreads

Chapter 20 - Bab 22 (Alkein-Ruhosi)

Bab 22 – Jejak Kegelapan dan Perjalanan yang Berlanjut

Ruhosi kini berada di dataran tinggi berbatu yang dikenal sebagai Puncak Bayangan, sebuah wilayah yang jarang dilalui karena anginnya yang kencang dan formasi batunya yang menyerupai cakar raksasa. Udara di sini tipis dan dingin, namun Ruhosi sudah terbiasa. Ia melompat dari satu puncak ke puncak lain dengan kelincahan luar biasa, menggunakan Napas Angin untuk menstabilkan pendaratannya.

"Huuuh… pemandangannya bagus bet dah, tapi nggak ada yang jual minuman kah di sini ?" gumamnya sambil menatap ke bawah, melihat hamparan awan yang bergerak di bawah kakinya.

Beberapa hari terakhir, ia merasakan sesuatu yang tidak beres. Lensa Kabutnya sesekali bergetar hebat, dan bisikan-bisikan samar tentang kehancuran dan keputusasaan mulai merayapi benaknya, seolah berasal dari jauh. Ia juga menemukan jejak-jejak aneh di beberapa lembah yang ia lewati—tanah yang hangus, pohon-pohon yang layu secara tidak wajar, dan aura kegelapan yang pekat, jauh lebih kuat dari yang pernah ia rasakan sebelumnya.

"Vorgash… atau tuannya?" pikir Ruhosi, keningnya berkerut. Ia tahu 'Dia yang Menginginkan Kehampaan' semakin aktif.

Saat ia beristirahat di sebuah gua kecil, ia melihat ke Lensa Kabutnya. Titik tujuan di Konstelasi Bunga Mekar masih berkedip, namun kini, sebuah garis merah tipis muncul, memotong jalur biru yang ia ikuti, berasal dari arah timur laut. Garis merah itu berdenyut dengan aura kehancuran.

"Oh, jadi dia mau motong jalanku ya?" Ruhosi nyengir, tapi ada kilat serius di matanya. "Nggak bisa gitu dong, aku kan lagi buru-buru mau ketemu Kunci berikutnya!"

Ia memutuskan untuk mengambil jalan memutar, melewati ngarai-ngarai sempit yang jarang dipetakan, berharap bisa menghindari konfrontasi langsung dengan pasukan Vorgash. Perjalanan itu lebih sulit, penuh dengan jebakan alami dan monster-monster yang lebih agresif, namun Ruhosi berhasil melewatinya dengan kombinasi kecerdikan, kelincahan, dan kekuatan Aura Senja yang semakin ia kuasai.

Suatu malam, saat ia sedang memancing di sungai bawah tanah yang tersembunyi, ia merasakan getaran kuat di air. Bukan ikan. Ia melihat ke Lensa Kabutnya. Garis merah itu kini semakin dekat, dan titik tujuannya di Konstelasi Bunga Mekar berkedip lebih cepat, seolah memperingatkan.

"Sepertinya… aku harus sedikit lebih cepat," gumam Ruhosi. Ia tahu, bahaya itu tidak akan menunggunya.

More Chapters