Cherreads

Chapter 6 - Ch. 06

Semua orang membenarkan perkataan bos mereka. Ini hanya masalah keluarga dan tidak memerlukan terlalu banyak orang untuk turun tangan.

"Meskipun aku sendiri sudah bisa meraba sejauh apa kekuatan mereka, tapi kita tetap saja harus berhati-hati. Orang selicik Diana tentu saja tidak akan bertindak gegabah," ujar Jay yang sekarang terlihat lebih tenang dari sebelumnya.

Dari sudut ruangan, Ken berkata, "Bos memang benar. Berhati-hati itu juga merupakan hal yang bagus. Kita tidak bisa bertindak asal-asalan tanpa perhitungan. Ingat, salah melangkah sedikit saja itu bisa berakibat fatal!"

"Jadi, kapan kita mulai bergerak?" Nayaka terlihat tak sabar, tangannya merasa gatal ingin menghajar lawan.

Jay terdiam, tampak berpikir.

Melihat ini, Frans tersenyum. "Bos, saya tahu waktu yang tepat untuk bergerak."

Jay terkejut, semua orang lantas menatap Frans yang tanpa sadar juga mengangkat wajahnya.

Frans menjadi salah tingkah dibuatnya. Pria berdarah campuran Italia-Indonesia, itu pun berdehem guna mencairkan suasana. "Kawan-kawan, jadi begini."

"Saya mendapat berita kalau Keluarga Wijaya akan mengadakan perjamuan besar. Kabarnya itu adalah sebuah perayaan ulang tahun tetua keluarga tersebut," lanjut Frans sambil membaca pesan di ponselnya.

'Ulang tahun tetua Keluarga Wijaya?' Jay terhenyak. 'Apakah itu ulang tahun kakek?'

Bagaimana mungkin dia bisa melupakan hal sepenting itu?

Heru Wijaya, orang nomor satu di Keluarga Wijaya memang masih hidup dan dia jugalah satu-satunya orang yang peduli pada Jay dan Danny.

Namun, kondisinya tiga tahun lalu sedang tidak baik-baik saja hingga ketika kecelakaan mobil itu terjadi, Heru Wijaya tidak diberi tahu dan menyangka jikalau kedua cucu lelakinya sedang bersekolah di luar negeri.

Ada rasa ingin menemui sang kakek, tetapi ada kebencian dan dendam yang terlalu dalam kepada wanita bernama Diana Legiani, istri kedua Hendra Wijaya.

Jay menarik napas panjang. Pikirnya, 'Aku tak mungkin datang ke acara itu. Karena bagi mereka, Jaya Wijaya sudah mati tiga tahun lalu. Sekarang ini aku adalah Jay yang bukan lagi tuan muda Keluarga Wijaya.'

Jay menatap foto Danny Wijaya lebih lama dengan sorot dipenuhi kerinduan. Mereka berdua memiliki kemiripan wajah, bahkan senyumnya pun nyaris sama.

Jay menarik napas dalam. "Lanjutkan, Frans."

"Baik, Bos." Frans memperbaiki letak duduknya. "Soal ulang tahun, kita bisa menyusup ke tempat itu saat pesta ulang tahun tetua Keluarga Wijaya yang akan berlangsung dua hari lagi. Saya yakin, pada saat itu sistem keamanan akan sedikit melonggar karena semua orang fokus dengan pesta tersebut."

"Ide bagus!" seru Ken sambil membuka kaleng minuman bersoda.

"Jadi, kita benar-benar akan masuk ke tempat penyekapan pada saat mereka semua sedang sibuk berpesta?" tanya Nina, matanya melirik ke arah Jay.

"Tidak," sahut Jay sambil menggelengkan kepala pelan. "Kita masuk sebelum pestanya dimulai, tepatnya saat semua perhatian mereka tertuju pada para tamu penting."

"Bukankah itu berarti kita harus datang lebih awal ke rumah Keluarga Wijaya?" ucap Nina sambil menatap Jay.

"Ya." Jay berdiri dan menatap mereka satu per satu. "Itu adalah kesempatan satu-satunya untuk mengambil Danny Wijaya, kakakku."

Semua orang terdiam dan tentu saja mereka hanya akan mematuhi apa pun rencana bos besar ini.

"Meskipun dulu aku cukup hafal dengan tata letak kediaman itu, tapi itu juga sudah cukup lama. Jujur saja, aku tidak mengetahui situasi di sana semenjak aku pergi," ujar Jay dengan perasaan tak menentu. "Bisa saja sekarang ini keadaannya sudah berubah atau tepatnya sengaja diubah."

"Benar juga kata Bos. Tidak mungkin tidak ada perubahan setelah Bos pergi selama tiga tahun ini," timpal Nayaka.

'Meski begitu, kemungkinan besar perubahannya tidak terlalu signifikan. Karena tempat itu juga merupakan kediaman tua milik keluarga yang diwariskan secara turun-temurun. Kakekku pasti tidak akan membiarkan orang lain mengubahnya terlalu banyak,' pikir Jay.

Jay berdiri dan melangkahkan kaki menuju lemari kayu. Pria berusia 25 tahun itu mengambil selembar peta hasil coretan tangannya sendiri, lalu menggelar lembaran kertas lebar itu di atas meja panjang.

Jay berseru, "Kalian semua ke mari dan lihatlah peta ini. Mungkin ini masih bisa kita jadikan panduan."

Anggota Geng JAY'X yang hadir di sana segera datang mendekat, ikut memerhatikan keseluruhan isi peta. Jika dilihat dari lokasinya, sepertinya Keluarga Wijaya pasti sangat kaya.

Kediaman Keluarga Wijaya didirikan di atas tanah yang luas di kaki sebuah bukit namun strategis dan tidak terlalu jauh dari pusat kota.

"Untuk misi berbahaya ini, sebaiknya kita susun rencana dan persiapan secara matang dan tidak bertindak gegabah." Dengan sebilah tongkat kayu, Jay menunjuk titik-titik lokasi yang akan menjadi sasaran mereka.

Jay mulai mengatur anak buahnya dengan tugas sesuai dengan keahlian masing-masing.

Jay berkata, "Nayaka dan Kenzo, kalian berdua yang kutugaskan untuk masuk dan membebaskan Danny. Sedangkan Ken, tugasmu adalah merusak sistem di sana agar semua peralatan pengintai dan lain sebagainya tak bisa tersambung ke server pusat mereka."

Jay menatap kedua anak buahnya, yaitu Kenzo dan Nayaka. "Apakah kalian berdua siap dengan tugas berbahaya ini?"

More Chapters