Bab 85 – Milim dan Tiga Jalur Menuju Langit
Langit malam di atas Berlin bersinar tenang, memantulkan cahaya dari menara kaca kantor pusat StellarBridge HQ. Di lantai 88, ruang rapat utama menampilkan hologram mengambang: Hayabusa-1, modul canggih hasil kolaborasi antara JAXA dan StellarBridge.
Milim menyilangkan tangan, menatap model orbit di udara. Di hadapannya duduk Yuri Milner, MrBeast, Mark Rober, dan para petinggi teknis StellarBridge. Di belakang ruangan, bendera JAXA dan StellarBridge berdiri sejajar.
> "Hayabusa-1 bukan sekadar milik kita," ujar Milim. "Ini adalah hasil keberanian JAXA membuka tangan pada mitra non-negara. Bukti bahwa kemitraan sipil dan nasional bisa menciptakan masa depan bersama."
Yuri Milner menambahkan, "JAXA memberi teknologi sistem navigasi dan kapsul inti. Kita menyumbangkan habitat orbit dan protokol pencetakan logam asteroid."
Mark Rober mengetuk panel, memunculkan diagram Kapsul Gravitas, kini memasuki tahap integrasi di Tanegashima.
> "Kalau berhasil," katanya, "ini bukan cuma eksperimen. Ini sejarah. Kita bisa produksi alat, hunian, bahkan bahan bakar dari sumber luar Bumi—secara mandiri."
MrBeast, sambil merekam dokumentasi untuk kampanye edukasi luar angkasa, berkata, "Semua ini dimulai dari kolaborasi. Ini proyek seluruh planet."
Milim berdiri, menatap keluar jendela. Hologram berikutnya muncul: struktur raksasa mengorbit di titik Lagrange 1–2, berbentuk spiral modular.
> "Jalur pertama adalah monopoli nasional. Jalur kedua—korporasi. Jalur ketiga—kolaborasi sipil seperti kita dan JAXA. Tapi jalur keempat…"
Ia menunjuk model baru.
> "LAP 2.0. Versi upgrade dari LAP 1.0. Anggaran 85 miliar dolar. Proyek ini bukan milik negara besar—tapi gabungan ESA, Korea, Australia, dan negara-negara berkembang."
Tertulis di bawahnya: "LAP 2.0 – Lagrange Access Platform: Planetary Equal Access Station."
> "Stasiun ini bukan hanya simbol kesetaraan akses luar angkasa, tapi juga infrastruktur untuk masa depan: observatorium terbuka, universitas orbit, dan jalur peluncuran bagi startup negara kecil."
Yuri Milner tersenyum. "Empat jalur menuju langit. Tapi akhirnya, langit itu milik semua orang."
---
Beberapa hari setelah rapat di Berlin, seluruh dunia membicarakan satu hal: ledakan industri antariksa global.
Di layar-layar televisi internasional, mulai dari CNBC, NHK World, hingga Al Jazeera Tech, para analis duduk tegang membahas angka-angka mencengangkan. Grafis menunjukkan grafik saham menanjak drastis—industri antariksa global melonjak 800% hanya dalam 11 bulan terakhir.
> "Ini bukan sekadar tren," kata salah satu analis dari Bloomberg. "Kita melihat pergeseran pusat gravitasi ekonomi dunia... ke luar angkasa."
Siaran media sosial dibanjiri klip-klip viral dari peluncuran LAP 2.0, foto-foto teknisi muda dari Kenya, Chile, dan Vietnam yang ikut membangun modul luar angkasa, serta antusiasme investor ritel dan institusional yang berlomba masuk ke sektor ini.
Dalam laporan keuangan kuartal empat, angka StellarBridge mengguncang dunia:
Valuasi perusahaan: 245 miliar dolar
Pendapatan tahun ini: 35 miliar dolar
Pendapatan ini bersumber dari tiga pilar utama:
1. Pembangunan stasiun luar angkasa modular, termasuk proyek bersama hayabusa-1 dan stasiun orbital sipil lainnya.
2. Peluncuran satelit privat dan nasional dari platform orbit rendah mereka.
3. Internet ultra-cepat CelestialNet Prism, jaringan satelit orbit rendah yang kini digunakan di 42 negara dan menjangkau lebih dari 600 juta pengguna aktif.
Di X (Twitter), tagar #LangitTerbuka dan #CelestialNet trending global. Klip pendek memperlihatkan anak-anak dari desa terpencil di Mongolia mengakses internet untuk pertama kalinya lewat antena kecil CelestialNet Prism.
Milim menyimak semuanya dari ruang observasi di orbit rendah. Ia menatap ke bawah, ke planet biru di bawah sana.
> "Kita sudah membuka langit. Sekarang saatnya membuatnya bisa ditinggali."
Dalam laporan khusus yang ditayangkan secara bersamaan di CNN, BBC, dan Nikkei, para analis menyoroti tidak hanya StellarBridge, tetapi juga para pemain raksasa lain yang kini menguasai ekonomi luar angkasa. Salah satunya adalah SpaceX, yang kini secara resmi telah menembus valuasi 1 triliun dolar.
> "Dengan kolaborasi strategis di proyek Lunar Gateway, serta rencana besar untuk penambangan bulan, investor melihat masa depan SpaceX sangat menjanjikan," jelas Amelia Zhang, analis pasar dari MorganTech Ventures.
Proyek Lunar Gateway, yang kini dikelola bersama NASA, ESA, dan sektor swasta termasuk SpaceX, menjadi titik balik baru dalam ekspansi manusia ke luar orbit Bumi. Rencana eksploitasi sumber daya bulan—dari helium-3 hingga rare earth—membuat valuasi dan kepercayaan pasar terhadap SpaceX melonjak drastis.
Kombinasi dari kemajuan teknologi roket Starship Heavy, kontrak eksklusif peluncuran muatan berat untuk gateway bulan, serta sistem otomatis penambangan modular yang sedang dikembangkan, menjadikan SpaceX sebagai pionir ekonomi ekstraterestrial.
Di bursa swasta, permintaan untuk saham SpaceX meningkat 5 kali lipat dalam waktu satu bulan. Banyak analis menyebut ini sebagai awal dari "Era Gold Rush Antariksa."
---
Dalam laporan mendalam yang tayang secara serentak di CNN, BBC, dan Nikkei, lonjakan besar dalam pembangunan stasiun luar angkasa menciptakan dampak langsung terhadap pasar modal dan peta kekuatan industri luar angkasa global.
Valuasi perusahaan antariksa melonjak tajam, dengan sektor ini mengalami kenaikan nilai 800% hanya dalam satu tahun terakhir. Salah satu bintang paling bersinar adalah StellarBridge, yang kini mencapai valuasi 245 miliar dolar dengan pendapatan tahunan 35 miliar dolar—berasal dari proyek pembangunan stasiun luar angkasa, peluncuran satelit, dan layanan internet orbit rendah CelestialNet Prism.
Mr. Beast, salah satu co-founder StellarBridge, menyatakan dalam wawancara eksklusif:
> "Kami percaya luar angkasa bukan hanya tujuan sains, tapi fondasi ekonomi masa depan. Kenaikan valuasi ini bukan hanya angka, ini adalah validasi dari visi besar kami."
SpaceX juga mencatat tonggak penting dengan menembus valuasi 1 triliun dolar, terutama karena keterlibatan mereka dalam proyek Lunar Gateway dan rencana penambangan di bulan yang membuat investor global melihat potensi pendapatan luar biasa dari eksploitasi sumber daya lunar.
Namun bukan hanya SpaceX dan StellarBridge yang bersinar. Blue Origin juga mengalami lonjakan valuasi hingga 60 miliar dolar berkat keterlibatan mereka dalam proyek pembangunan Stasiun Luar Angkasa LAP 2.0, proyek gabungan antara ESA, Korea Selatan, Australia, dan negara-negara berkembang dengan total anggaran 85 miliar dolar.
Meskipun begitu, Blue Origin menghadapi tantangan keuangan internal. Rencana ambisius mereka untuk membangun stasiun luar angkasa yang berfungsi sebagai hotel orbital komersial pertama masih tertahan di fase konsep. Seorang analis industri dari Hanwa Space Research menyebutkan:
> "Blue Origin punya visi menarik, tetapi modal operasional mereka belum cukup kuat untuk merealisasikan proyek sebesar hotel orbit, setidaknya dalam waktu dekat."
CEO StellarBridge dalam pernyataan resminya memberi komentar bijak atas kemajuan para kompetitor:
> "Kami menyambut baik perkembangan SpaceX dan Blue Origin. Ekosistem luar angkasa hanya akan tumbuh jika semua pihak saling mendorong batas. Namun, StellarBridge tetap fokus pada efisiensi teknologi dan akses terbuka untuk semua negara."
---
Dampak Geopolitik dan Ketimpangan Teknologi
Kemajuan pesat dalam industri luar angkasa, khususnya dari perusahaan swasta seperti StellarBridge, SpaceX, dan Blue Origin, mulai menciptakan ketimpangan tajam dalam akses terhadap teknologi luar angkasa antara negara maju dan negara berkembang. Banyak negara berkembang merasa tertinggal, tidak hanya dalam infrastruktur luar angkasa, tetapi juga dalam kapasitas riset dan pengembangan sumber daya manusia.
Negara-negara seperti Nigeria, Bangladesh, dan Bolivia menyampaikan keprihatinan mereka di forum PBB untuk Teknologi Global, menyebutkan bahwa "revolusi luar angkasa kini terlihat seperti perlombaan eksklusif yang menyingkirkan sebagian besar dunia."
Namun, dari semua negara berkembang, Qatar muncul sebagai aktor paling agresif dalam merespon ketertinggalan ini.
Qatar secara resmi menawarkan proposal kerjasama transfer teknologi kepada StellarBridge, dengan nilai investasi yang sangat besar—dikabarkan mencapai lebih dari $22 miliar dolar dalam bentuk suntikan dana, pembangunan pusat riset bersama, serta jaminan dukungan politik di wilayah Timur Tengah.
Namun, Milim, salah satu tokoh penting di balik StellarBridge, menolak tawaran tersebut, dengan alasan bahwa transfer teknologi kritikal harus dilakukan secara selektif dan etis, tidak hanya demi keuntungan ekonomi semata. Keputusan Milim ini memicu konflik internal antara dia, co-founder Yuri Milner, dan para pemegang saham StellarBridge, yang melihat potensi keuntungan luar biasa dari kerjasama tersebut.
Yuri Milner, dalam rapat pemegang saham, bahkan disebut-sebut menyatakan ketidaksetujuannya secara terbuka:
> "StellarBridge didirikan untuk membuka masa depan, bukan untuk membatasi peluang negara lain berdasarkan subjektivitas ideologis."
Konflik ini meruncing ketika delegasi Qatar mengancam untuk menarik semua investasi mereka di beberapa proyek internasional jika StellarBridge tetap menolak. Beberapa pemegang saham pun mulai mendesak pengambilan suara khusus untuk membatasi wewenang Milim dalam memveto kerjasama strategis.
Sementara itu, investor global terbelah—ada yang memihak Milim karena alasan keamanan dan kendali strategis, ada pula yang mendesak agar StellarBridge mengambil kesempatan emas itu demi ekspansi global dan dominasi pasar.
---
Dampak Geopolitik dan Ketimpangan Teknologi
Kemajuan pesat industri luar angkasa, khususnya oleh perusahaan seperti StellarBridge, SpaceX, dan Blue Origin, menimbulkan ketimpangan akses teknologi antara negara maju dan negara berkembang. Negara-negara berkembang mulai menyuarakan kekhawatiran di berbagai forum internasional, merasa tertinggal dalam kemampuan mengakses teknologi orbit rendah, peluncuran satelit, dan pembangunan stasiun luar angkasa.
Dari berbagai negara yang mencari celah untuk mengejar ketertinggalan ini, Qatar menjadi salah satu yang paling agresif. Melalui perwakilan diplomatik dan investasi langsung, Qatar menawarkan proposal kerjasama transfer teknologi senilai $35 miliar kepada StellarBridge. Tawaran tersebut mencakup pembangunan pusat pengembangan teknologi luar angkasa bersama di Timur Tengah, lisensi penggunaan sistem orbit rendah CelestialNet Prism, serta akses terbatas terhadap teknologi pembuatan stasiun luar angkasa versi modular.
Namun, proposal tersebut ditolak secara langsung oleh Milim, salah satu tokoh pendiri dan pengendali utama arah strategis StellarBridge. Milim menegaskan bahwa teknologi luar angkasa inti yang dikembangkan StellarBridge harus dijaga ketat karena menyangkut kestabilan geopolitik global dan risiko penyalahgunaan teknologi orbit.
Penolakan ini langsung menimbulkan konflik serius antara Milim dan sejumlah pemegang saham StellarBridge, termasuk co-founder Yuri Milner, yang melihat peluang kerjasama ini sebagai loncatan besar dalam ekspansi ke pasar global dan Timur Tengah. Beberapa pemegang saham menyebut keputusan Milim sebagai "idealis dan tidak berpihak pada pertumbuhan perusahaan."
Kondisi ini memanas ketika delegasi Qatar mulai melobi dewan direksi StellarBridge untuk mendesak voting pembatasan wewenang Milim, sekaligus membuka pembahasan ulang kontrak teknologi CelestialNet Prism. Beberapa analis menilai ini sebagai awal dari perebutan kekuasaan internal dalam StellarBridge, yang sebelumnya dikenal sangat solid dalam pengambilan keputusan strategis.
Di sisi lain, valuasi StellarBridge tetap naik signifikan, karena para investor meyakini bahwa keputusan ini—meskipun kontroversial—membuktikan bahwa StellarBridge masih memiliki kendali penuh atas teknologinya, yang kini menjadi aset paling berharga dalam industri luar angkasa.
Guncangan Besar di StellarBridge: Milim, MrBeast, dan Mark Rober Dicopot dari Semua Jabatan Eksekutif
Pemberitaan tentang pencopotan Milim dari posisi CEO StellarBridge menjadi semakin panas setelah diumumkan bahwa Mark Rober (Direktur Inovasi) dan MrBeast (Kepala Strategi Sosial & Akses Global), yang dikenal sebagai pendukung kuat Milim, juga secara resmi dicopot dari seluruh jabatan eksekutif mereka dalam dewan direksi StellarBridge.
Pencopotan ini disebut-sebut sebagai "pembersihan internal" oleh kelompok investor utama dan perwakilan negara, khususnya Qatar, yang marah atas penolakan kerja sama transfer teknologi senilai $35 miliar.
Dalam siaran pers singkat dari StellarBridge, keputusan itu disebut sebagai "langkah restrukturisasi demi memperkuat sinergi bisnis global." Namun publik melihat ini sebagai langkah politik yang mengorbankan tiga tokoh yang menjadi wajah humanis eksplorasi luar angkasa.
Media sosial langsung meledak:
"Ini bukan restrukturisasi. Ini perebutan kuasa."
"Milim, Mark Rober, MrBeast = Trinitas Eksplorasi. Mereka bukan hanya bos, mereka pemimpi."
"Kalau trio ini bikin perusahaan baru, kami ikut!"
Saham StellarBridge sempat mengalami volatilitas tajam akibat reaksi pasar yang tidak menentu terhadap perubahan ekstrem ini. Sementara itu, baik MrBeast maupun Mark Rober belum memberikan komentar resmi, namun diketahui mereka bertemu secara tertutup dengan Milim beberapa hari setelah pencopotan.
---
Lokasi:
Gedung 18 Lantai, Kantor Pusat Altheon Corps, Los Angeles, Amerika Serikat
Karakter yang hadir:
Milim (mantan CEO StellarBridge, kembali fokus pada Altheon Corps)
Mark Rober (eks Direktur Inovasi StellarBridge)
MrBeast (eks Kepala Strategi Sosial & Akses Global StellarBridge)
Arvid (suami Milim dan CEO baru perusahaan antariksa yang sedang dibangun oleh mereka)
Celine (Kepala Milinium Studio)
Azka (Kepala Corevibe 2.0)
---
Milim duduk dengan tenang, namun terlihat penuh semangat, sementara Mark Rober dan MrBeast sudah duduk lebih dulu, berbicara penuh antusiasme tentang masa depan luar angkasa. Arvid, suami Milim, tampak berada di sisi lain meja, dengan sikap serius, siap untuk memimpin perusahaan baru yang akan mereka bangun bersama.
Milim membuka percakapan dengan nada tegas dan percaya diri.
"Saat StellarBridge sudah berakhir bagi kita, saatnya kita memulai sebuah perjalanan baru. Saya akan kembali ke Altheon Corps sebagai CEO dan memimpin langkah besar ke depan. Tapi untuk proyek luar angkasa ini, saya percaya Arvid adalah orang yang tepat untuk memimpin."
Arvid tersenyum lembut, menggenggam tangan Milim dengan penuh kepercayaan diri.
"Kami akan membangun perusahaan antariksa yang tidak hanya fokus pada eksplorasi luar angkasa, tetapi juga membawa dunia bersama kita. Saya siap memimpin perusahaan ini dan meneruskan visi besar yang kita punya."
Mark Rober setuju, tersenyum dengan semangat.
"Kita punya teknologi yang dibutuhkan, dan audiens yang sangat besar di media sosial. Dengan keterlibatan global, kita bisa membuat eksplorasi luar angkasa menjadi sesuatu yang lebih nyata bagi banyak orang."
MrBeast, yang sudah dikenal dengan proyek-proyek besar di dunia sosial, menambahkan dengan penuh semangat.
"Saya yakin, jika kita melibatkan audiens kita dalam perjalanan ini, mereka akan ikut serta dalam cara yang belum pernah dibayangkan sebelumnya. Kita punya kekuatan untuk mengubah cara orang melihat luar angkasa."
Arvid mengangguk dengan percaya diri, menatap Milim dan para rekan mereka.
"Kita juga akan berfokus pada kerja sama internasional, menggandeng negara-negara besar dan juga negara berkembang. Dengan menggabungkan kekuatan kita, kita akan membuka peluang baru yang luar biasa."
Milim tersenyum pada Arvid, yang bukan hanya suami, tetapi juga mitra sejatinya dalam perjalanan ini.
"Dengan Arvid di posisi CEO, saya yakin kita akan membawa perusahaan ini ke tingkat yang lebih tinggi. Kami berdua sudah melalui banyak hal bersama, dan ini adalah langkah berikutnya yang akan kita ambil untuk dunia luar angkasa."
---
Dampak Media dan Media Sosial:
Begitu rencana ini diumumkan, berita mengenai kembalinya Milim sebagai CEO Altheon Corps dan perusahaan antariksa baru yang dipimpin oleh Arvid segera mencuri perhatian di seluruh media. Reaksi dari dunia luar angkasa dan media sosial sangat besar. Berikut adalah dampak yang terjadi:
Hashtag #MilimReturns dan #NewSpaceEra mendominasi trending topic di Twitter dan Instagram, dengan audiens yang sangat besar dari Milinium Plays, Milim Eye, Milimclips, serta platform-platform lainnya yang terus memberikan update tentang proyek baru ini. Milim dan Arvid, sebagai pasangan yang sangat dihormati, menjadi topik pembicaraan hangat di kalangan penggemar dan para profesional.
Channel Milinium Plays, Milim Eye, Milimclips, serta Instagram dan TikTok dengan jutaan pengikut, merilis video tentang proyek ini. Audiens Milim yang mencapai lebih dari 1 miliar subscriber dan follower tidak sabar untuk melihat langkah besar ini. Komentar-komentar positif terus bermunculan, menantikan perubahan besar yang akan dibawa oleh proyek luar angkasa baru ini.
Azka dan Celine, yang berada di puncak industri hiburan dan digital melalui Corevibe dan Milinium Studios, turut memberikan pengumuman dan pembaruan. Mereka juga menyoroti dampak dari proyek ini terhadap industri digital dan sosial global.
Media besar seperti TechCrunch, CNBC, The Verge, dan lainnya mulai merilis laporan mendalam tentang kembalinya Milim dan kepemimpinan Arvid. Mereka menyoroti bagaimana Altheon Corps yang kini dipimpin kembali oleh Milim dapat memimpin inovasi dalam teknologi luar angkasa dan kerja sama internasional untuk pengembangan infrastruktur luar angkasa.
---
Reaksi Dunia Luar Angkasa:
Berita ini juga menciptakan dampak besar di dunia luar angkasa. Banyak pihak yang melihat Altheon Corps kembali dipimpin oleh Milim, yang kini menggabungkan kekuatan besar dengan Arvid, sebagai langkah yang sangat berpotensi mengubah dinamika industri luar angkasa. Media sosial dan dunia profesional antariksa memperhatikan bahwa keterlibatan teknologi tinggi, kolaborasi global, serta transparansi sosial menjadi strategi besar yang bisa mengubah cara kerja sama internasional dalam luar angkasa.
---
Bab Baru: Pembentukan AstraNova Technologies dan Pembangunan Kantor
Setelah berbulan-bulan merencanakan langkah besar ini, Milim, Arvid, MrBeast, dan Mark Rober akhirnya memutuskan untuk mengambil langkah besar di dunia luar angkasa. Dengan semangat baru dan tekad untuk mengubah arah perjalanan mereka, mereka mendirikan perusahaan luar angkasa baru bernama AstraNova Technologies. Nama perusahaan ini bukan hanya sebuah simbol, tetapi juga cerminan dari ambisi mereka untuk membawa inovasi luar angkasa ke tingkat yang lebih tinggi, dengan misi yang jelas untuk mengubah lanskap industri antariksa global.
Pembangunan kantor pusat AstraNova dimulai dengan serius. Mereka memilih lokasi yang strategis di Los Angeles, pusat inovasi teknologi dan dunia hiburan, yang memiliki koneksi kuat dengan industri media sosial dan teknologi. Gedung tinggi yang mereka pilih sebagai kantor pusat dirancang untuk mencerminkan visi perusahaan mereka: futuristik, ramah lingkungan, dan berfokus pada kolaborasi kreatif. Sebuah bangunan yang akan menjadi markas bagi para pemimpin masa depan dalam eksplorasi luar angkasa dan teknologi canggih.
Milim, dengan segala pengalaman dan pembelajaran dari masa lalunya, memutuskan untuk tidak terburu-buru memasukkan terlalu banyak investor ke dalam AstraNova. Ia menyadari bahwa langkah-langkah besar yang salah di masa lalu—terlalu cepat menerima investasi dari banyak pihak—telah menyebabkan perusahaan kehilangan kontrol atas arah dan keputusan strategis. Kali ini, ia berbicara dengan tegas kepada Arvid, suaminya dan CEO perusahaan, agar lebih selektif dalam memilih investor. "Kita tidak ingin perusahaan ini dikuasai oleh kepentingan orang lain. Kita yang harus mengendalikan masa depan kita," ujarnya dengan penuh keyakinan.
Arvid, yang juga seorang pemikir visioner, setuju dengan pandangan Milim. Sebagai CEO, ia tahu bahwa langkah-langkah hati-hati adalah kunci untuk memastikan AstraNova tumbuh stabil dan mampu mengarahkan diri pada inovasi jangka panjang. MrBeast dan Mark Rober, meskipun dengan latar belakang mereka di dunia hiburan dan teknologi, juga setuju dengan pendekatan ini. Mereka sepakat untuk memulai dengan lebih lambat, tidak terburu-buru mengundang investor besar, dan menjaga kontrol penuh atas perkembangan perusahaan. "Kita akan tumbuh, tapi kita akan tumbuh dengan cara kita," kata MrBeast.
Mereka memulai dengan merekrut tim inti yang solid—para ahli dari berbagai disiplin ilmu, baik dalam bidang antariksa, teknologi, hingga pengembangan produk. Kantor pusat yang sedang dibangun dilengkapi dengan fasilitas teknologi terkini dan ruang kreatif yang memungkinkan mereka bekerja bersama-sama untuk merancang misi luar angkasa masa depan. Sebuah ruang konferensi futuristik, ruang riset canggih, dan laboratorium untuk eksperimen luar angkasa dihadirkan untuk mendukung visi perusahaan.
Dengan rencana yang matang dan kontrol yang lebih ketat terhadap struktur kepemilikan dan pengelolaan perusahaan, AstraNova Technologies mulai merencanakan proyek-proyek besar mereka. Mereka fokus pada pengembangan teknologi satelit canggih, eksplorasi luar angkasa berkelanjutan, serta potensi internet berkecepatan tinggi melalui satelit orbit rendah yang diusung dengan nama CelestialNet Prism—sebuah proyek yang dapat merevolusi akses internet global.
Tantangan besar menanti mereka, namun Milim, Arvid, MrBeast, dan Mark Rober yakin bahwa dengan pendekatan yang lebih hati-hati, mereka bisa mencapai keberhasilan yang jauh lebih besar. Mereka ingin membuktikan bahwa kontrol penuh atas visi dan keputusan adalah kunci untuk keberhasilan jangka panjang, tidak hanya dalam eksplorasi luar angkasa, tetapi juga dalam membentuk masa depan teknologi.
Media sosial dan dunia hiburan segera menggema dengan berita tentang AstraNova Technologies. Banyak yang terkejut melihat nama besar mereka bergabung dalam proyek ambisius ini. Perusahaan luar angkasa baru ini menjadi topik pembicaraan hangat di Twitter, YouTube, dan berbagai platform lainnya. Banyak yang memuji pendekatan cermat dan stabil yang diambil oleh mereka, namun tidak sedikit yang skeptis tentang bagaimana perusahaan ini akan berkembang tanpa suntikan dana besar dari investor luar.
Namun, bagi Milim dan tim, ini hanyalah permulaan dari perjalanan panjang mereka. Dengan AstraNova, mereka akan membuktikan bahwa meskipun tantangan besar datang dengan membangun perusahaan luar angkasa, keberhasilan jangka panjang hanya akan dicapai dengan langkah-langkah yang lebih terkontrol dan terukur.